Kisah Sabre

Sang Pembunuh MiG yang Terbunuh di IndonesiaWikipedia

Sejak kemerdekaan hingga tahun 70-an, Indonesia banyak diperkuat oleh pesawat-pesawat dari Soviet. Pasca ’70-an kekuatan armada Indonesia tersebut kondisinya amat memprihatinkan. Hingga akhirnya Indonesia beralih ke Barat di masa Order Baru. F-86 Avon Sabre merupakan pioner pesawat tempur canggih dimasanya dan Avon Sabre Australia sendiri hanya diproduksi sebanyak 112 unit. Secara keseluruhan pesawat ini diproduksi sebanyak 11.786 unit oleh North America, sang pabrikan asli Avon Sabre.

Di awal tahun 1973 Indonesia mendatangkan 23 pesawat Avon Sabre dalam program yang dijuluki “Garuda Bangkit”. F-86, sebagai basis Avon Sabre sendiri merupakan pesawat legendaris yang amat terkenal sebagai “pembunuh” keluarga pesawat MiG. Julukan ini di dapat sejak perang Korea saat Sabre berhasil merontokkan 792 dari 900 MiG saat itu.

Dari 23 pesawat yang diterima AURI pada masa itu, 18 di antaranya langsung didatangkan dari Australia, sedangkan 5 sisanya datang dari Malaysia. Pesawat ini ditempatkan di Skadron Udara 14 yang berkedudukan di Lanud Iswahyudi, Madiun. Kabarnya, 23 pesawat yang dimiliki Indonesia ini merupakan versi peningkatan kemampuan dari aslinya sebesar 60% dan bisa membawa dua kanon 30mm sebagai taringnya. F-86 Sabre ini sendiri merupakan pesawat yang menggantikan pendahulunya MiG-21F di Skadron Udara 14.

Dikenal lincah di medan tempur Korea, F-86 Sabre pun dijadikan pesawat aerobatik di masa itu dengan nama Spirit 78. Tim aerobatik yang memiliki homebase di Iswahyudi ini cuma mengandalkan gerakan-gerakan dasar dan pengalaman menerbangkan pesawat-pesawat latih sebelumnya saat melakukan atraksi udara. Selain itu, merka juga menganalisis gerakan-gerakan yang mereka lihat di brosur tim aerobatik Blue Impulse Jepang.

Dalam satu bulan itu tim yang dibentuk harus melakukan gerakan-gerakan tersebut tanpa instruktur dan hebatnya penerbang-penerbang yang masuk dalam tim aerobatik Spirit 78 baru mengantongi 200 jam terbang, kecuali sang leader Letkol Pnb. Soeyitno “Dragon”. Ia pun cuma mengantongi 500 jam terbang.

Pada akhirnya perjuangan sebulan dengan latihan yang digelar hanya dua kali, pertunjukan tim aerobatik Spirit 78 pada Ulang Tahun ABRI 5 Oktober 1978 sukses mereka pamerkan dengan beberapa manuver, seperti wing over, roll in box, clover, calypso pass, roll in trail, loop dan bomb brust.

Kiprah Sabre di Indonesia sendiri konon didasari atas alasan politik. Indonesia yang dulu amat kental diperkuat oleh pesawat-pesawat pembom Tu-16 yang ditakuti itu diminta untuk menonaktifkan operasional Tu-16 sebelum akhirnya menerima hibah Sabre ini. Walaupun sudah di embargo oleh Uni Soviet, AURI pada masa itu masih sanggup menerbangkan Tu-16 dengan kanibalisasi suku cadang hingga tahun 70-an.

Akhirnya kejayaan Sabre masa itu hanya tinggal kenangan. Pesawat yang terkenal lincah nan gesit itu kini menjadi patung sebagai ikon di beberapa tempat di Tanah Air. Salah satunya juga menjadi penghuni museum pusat Dirgantara Mandala di Yogyakarta dan Lanud Iswahyudi Madiun. Setelah dinon-aktifkannya Sabre dari jajaran AURI pada masa itu, Skadron 14 kemudian mengoperasikan Northrop F-5 Tiger II. Hingga saat ini pesawat tersebut masih menanti kepastian pengganti berikutnya.

Author: Fida Perkasa
 

  Angkasa  


sumber : https://garudamiliter.blogspot.com/

0 Response to "Kisah Sabre"

Post a Comment