Dahsyatnya Sebuah Doa

SURAT PEMBACA
Konten ini adalah kiriman dari pembaca Jurnalmuslim.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Oleh: Syamsul Alam Jaga*

Jurnalmuslim.com - Doa memiliki kedahsyatan. Dengan berdoa, kita bisa mengubah apapun yang secara logika tidak mungkin menjadi mungkin. Doajuga dapat mengubah bala' atau bencana menjadi suatu kebaikan.

Dalam sejarah, ketika kaum muslimin akan bertemu dengan kaum kuffar pada perang Badar, Rasulullah Saw berdoa dengan teramat khusyu’ agar meraih kemenangan.Hasilnya, kemenangan besar diraih kaum muslimin.

Perlu dicatat, pada saat perang badar, jumlah kaum muslimin tidak sebanding dengan kaum kuffar. Jumlah kaum muslimin hanya berkisar 300 mujahidin, sementara kaum kuffar berjumlah 1000 pasukan. Tetapi dalam peperangan tersebut,  Allah Ta'ala  memenangkan kaum muslimin.

Kita lihat, bagaimana Jendral Salahuddin Al-Ayyubi mengutamakan shalat dan doa sebagai senjatanya pada saat penaklukan Baitul Maqdis. Doa menjadi senjatanya yang canggih selain penerapan strategi yang sangat matang.

Begitupun dengan Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel. Dalam buku berjudul “Muhamammad Al Fatih 1435” karya Felix Siaw, dikisahkan bahwa Al-Fatih  sangat khusyu’ dalam doanya agar dimenangkan dalam pertempuran dengan cara dapat menembus tembok berlapis milik Konstantinopel. Bahkan gurunya, Syeikh Aaq Syamsuddin dalam doa panjangnya pada akhir-akhir malam penaklukan, sorbannya sampai jatuh ke lantai lantaran khusyu’ berdoa kepada sang Khaliq, sang pemilik Arsy dan alam semesta ini, agar Dia memenangkan kaum muslimin.

Kalau kita cermati perjalanan peperangan kaum muslimin dalam lintasan sejarah,jumlah pasukan mereka nyaris selalu lebih sedikit dibandingkan pasukan musuh. Tetapi kaum muslimin hampir selalu menang dam peperangan-peperangan tersebut.

Mengapa demikian? Karena disamping strategi perang, setiap tentara muslim meyakini bahwa faktor yang lebih dominan dalam memperoleh kemenangan adalah doa. Bagi mereka, doa adalah harapan tertinggi dalam setiap urusan. Mereka meyakini bahwa apabila Allah Azza wa Jalla berkehendak maka cukup mengatakan Kun fayakun, jadilah maka jadilah.

Dalam konteks sekarang, di saat kaum muslimin kalah dalam segala lini; dalam hal strategi, manajemen, ekonomi, politik,  budaya, ataupun tekonologi, maka doalah yang menjadi tumpuan utama.

Doa adalah harapan, kiranya Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Melihat menolong kaum muslimin dari berbagai makar yang digencarkan oleh kaum kafir yang berkolaborasi apik dengan kaum munafik dan fasik.

Dengan doa, kita berharap agar  Allah Azza wa Jalla menyadarkan dan  menyatukan hati kaum muslimin, sehingga mereka mampumenyatukan shaff, menggabungkan barisan yang selama ini tercerai berai,  menjadi satu langkah dan sikap dalam menyelesaikan problem umat Islam dewasa ini.

Maka, marilah kita berdoa kepada Allah semata, karena Allah pasti mendengar rintihan kita. Berdoalah dengan menggunakan nama-Nya. Ber-washilah-lah dengan menggunakan asma-Nya (QS. Al A'raf: 30). Dan, selalulah berdoa, karena Allah Maha Mendengar, atas apa yang diinginkan hamba-Nya. Wallahu A'lam bisshowab.

*Syamsul Alam Jaga, Pegiat Komunitas PENA Jatim

sumber : http://www.jurnalmuslim.com

0 Response to "Dahsyatnya Sebuah Doa"

Post a Comment