Di PapuaSkuadrun 51 tiba di Lanud Supadio setelah menuntaskan misinya bersama tim terpadu dalam pembebasan sandera dan operasi terhadap KKSB di Desa Kimbley Mimika Papua, Jumat (8/122017)
Skadron Udara 51 Elang Pengintai, Pangkalan TNI AU (Lanud) Supadio, terlibat aktif dalam operasi pembebasan ratusan warga Desa Binti dan Desa Kimbley, Tembagapura, Mimika, Papua, beberapa waktu lalu.
Keterlibatan Skadron 51 turut serta menjadi satu diantara unsur terpenting dalam operasi gabungan pembebasan sandera, dalam pengintaian Kelompok Kriminal Seperatis Bersenjata (KKSB) melalui pengoperasian Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV), selama sebulan penuh.
Komandan Skadud 51, Letkol Pnb Arie Sulanjana mengatakan pada misi pembebasan sandera, Skadud 51 punya peranan penting.
Melakukan pemantauan lokasi dan keadaan sandera lewat udara melalui pesawat tanpa awak.
“Hal ini dibuktikan dengan kinerja terbaik dari 18 personel yang diterjunkan. Dalam sekali operasi, para personel mengoperasikan PTTA selama tujuh hingga delapan jam. Medan berat dan ekstrimnya lokasi penyanderaan, membuat peran PTTA Skadud 51 semakin krusial,” ujarnya, Jumat (8/12/2017).
Menurutnya dalam pergerakan pemantauan di medan lokasi penyanderaan sangat berat, terdiri dari pegunungan, sungai berjeram-jeram, dan cuaca yang cepat berubah. “Ini jadi tantangan tersendiri,” papar Letkol Pnb Arie Sulanjana.
“Tantangan alam, benar-benar jadi masalah tersendiri, karena tingginya gunung di Papua, sekitar 17 ribu feet. Ketinggian ini menuntut pilot PTTA, untuk lebih teliti dan konsentrasi,” ungkapnya.
Ia menceritakan kronologis keterlibatan Skadud 51 dalam pembebasan dalam operasi selama 78 menit. Puncaknya, pada Jumat (17/11/2017), berawal dari laporan hasil pantauan timnya.
Langsung melakukan pergerakan untuk menyelematka sandera dan melumpuhkan para KKSB.
“Seluruh sandera, bisa dibebaskan melalui operasi penyelamatan digelar aparat gabungan TNI-Polri, tanpa satupun aparat dan sandera yang terluka,” tuturnya.
Letkol Pnb Arie Sulanjana menjelaskan, anggota menggerakkan PTTA guna memantau secara langsung aktivitas KKSB, termasuk keadaan dan kondisi para sandera.
Sesuai yang direncanakan, maka sebelum hari yang ditentukan untuk pelaksanaan pembebasan sandera, PTTA sudah memantau perkembangan terakhir di lokasi penyanderaan.
“Kita terus standby di pangkalan aju di Timika, Kabupaten Mimika. Kita di Bawah Kendali Operasi (BKO) Kodam XVII Cenderawasih,” pungkasnya.
Danlanud Apresiasi Eksistensi Skadud 51
Eksistensi Skadud 51 pada operasi terpadu pembebasan sandera warga Desa Binti dan Desa Kimbley, Tembagapura, Mimika, Papua mendapat apresiasi dari langsung dari Danlanud Supadio, Marsma TNI Minggit Tribowo saat tiba di Lanud Supadio, usai menyelesaikan misinya bersama tim terpadu dalam pembebasan sandera, Jumat (8/12/2017).
"Skadud 51 menjadi representasi TNI AU, dalam semua operasi kemanusiaan dan perang. Meskipun Skadron 51, baru saja tapi dari segi operasi telah aktif dalam semua operasi TNI ataupun terpadu. Hal ini jadi kebanggaan TNI AU secara umum,” kata Danlanud.
Danlanud mengungkapkan kontribusi nyata dari Skadud 51 dengan PTTA, baik dalam Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP), jadi harapan besar terhadap peningkatan profesional TNI AU.
"Khusus dalam pelaksanaan OMSP, Skadron Udara 51 turut berperan dalam berbagai misi operasi seperti operasi pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I," ungkapnya.
Demikian juga dengan penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Kalimantan Barat.
PTTA secara aktif memantau perkembangan Hot Spot.
“Untuk itu, peningkatan kemampuan personel terus kami lakukan. Skadud 51 jadi kebanggaan Lanud Supadio dan TNI AU. Sehingga, ke depannya akan terus berkarya nyata termasuk juga dalam mendukung pembangunan,” pungkas Marsma Minggit.
Skadron Udara 51 Elang Pengintai, Pangkalan TNI AU (Lanud) Supadio, terlibat aktif dalam operasi pembebasan ratusan warga Desa Binti dan Desa Kimbley, Tembagapura, Mimika, Papua, beberapa waktu lalu.
Keterlibatan Skadron 51 turut serta menjadi satu diantara unsur terpenting dalam operasi gabungan pembebasan sandera, dalam pengintaian Kelompok Kriminal Seperatis Bersenjata (KKSB) melalui pengoperasian Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV), selama sebulan penuh.
Komandan Skadud 51, Letkol Pnb Arie Sulanjana mengatakan pada misi pembebasan sandera, Skadud 51 punya peranan penting.
Melakukan pemantauan lokasi dan keadaan sandera lewat udara melalui pesawat tanpa awak.
“Hal ini dibuktikan dengan kinerja terbaik dari 18 personel yang diterjunkan. Dalam sekali operasi, para personel mengoperasikan PTTA selama tujuh hingga delapan jam. Medan berat dan ekstrimnya lokasi penyanderaan, membuat peran PTTA Skadud 51 semakin krusial,” ujarnya, Jumat (8/12/2017).
Menurutnya dalam pergerakan pemantauan di medan lokasi penyanderaan sangat berat, terdiri dari pegunungan, sungai berjeram-jeram, dan cuaca yang cepat berubah. “Ini jadi tantangan tersendiri,” papar Letkol Pnb Arie Sulanjana.
“Tantangan alam, benar-benar jadi masalah tersendiri, karena tingginya gunung di Papua, sekitar 17 ribu feet. Ketinggian ini menuntut pilot PTTA, untuk lebih teliti dan konsentrasi,” ungkapnya.
Ia menceritakan kronologis keterlibatan Skadud 51 dalam pembebasan dalam operasi selama 78 menit. Puncaknya, pada Jumat (17/11/2017), berawal dari laporan hasil pantauan timnya.
Langsung melakukan pergerakan untuk menyelematka sandera dan melumpuhkan para KKSB.
“Seluruh sandera, bisa dibebaskan melalui operasi penyelamatan digelar aparat gabungan TNI-Polri, tanpa satupun aparat dan sandera yang terluka,” tuturnya.
Letkol Pnb Arie Sulanjana menjelaskan, anggota menggerakkan PTTA guna memantau secara langsung aktivitas KKSB, termasuk keadaan dan kondisi para sandera.
Sesuai yang direncanakan, maka sebelum hari yang ditentukan untuk pelaksanaan pembebasan sandera, PTTA sudah memantau perkembangan terakhir di lokasi penyanderaan.
“Kita terus standby di pangkalan aju di Timika, Kabupaten Mimika. Kita di Bawah Kendali Operasi (BKO) Kodam XVII Cenderawasih,” pungkasnya.
Danlanud Apresiasi Eksistensi Skadud 51
Eksistensi Skadud 51 pada operasi terpadu pembebasan sandera warga Desa Binti dan Desa Kimbley, Tembagapura, Mimika, Papua mendapat apresiasi dari langsung dari Danlanud Supadio, Marsma TNI Minggit Tribowo saat tiba di Lanud Supadio, usai menyelesaikan misinya bersama tim terpadu dalam pembebasan sandera, Jumat (8/12/2017).
"Skadud 51 menjadi representasi TNI AU, dalam semua operasi kemanusiaan dan perang. Meskipun Skadron 51, baru saja tapi dari segi operasi telah aktif dalam semua operasi TNI ataupun terpadu. Hal ini jadi kebanggaan TNI AU secara umum,” kata Danlanud.
Danlanud mengungkapkan kontribusi nyata dari Skadud 51 dengan PTTA, baik dalam Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP), jadi harapan besar terhadap peningkatan profesional TNI AU.
"Khusus dalam pelaksanaan OMSP, Skadron Udara 51 turut berperan dalam berbagai misi operasi seperti operasi pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I," ungkapnya.
Demikian juga dengan penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Kalimantan Barat.
PTTA secara aktif memantau perkembangan Hot Spot.
“Untuk itu, peningkatan kemampuan personel terus kami lakukan. Skadud 51 jadi kebanggaan Lanud Supadio dan TNI AU. Sehingga, ke depannya akan terus berkarya nyata termasuk juga dalam mendukung pembangunan,” pungkas Marsma Minggit.
✈️ Tribunnews
sumber : https://garudamiliter.blogspot.com/
0 Response to "Kisah Skadron Udara 51 Saat Terlibat Pembebasan Sandera Warga"
Post a Comment