Erick Thohir coba sinergikan penemu ventilator dan industri pertahananIlustrasi Portable Ventilator karya BPPT [BPPT] ☆
Menteri BUMN Erick Thohir akan mensinergikan para penemu ventilator lokal dengan BUMN-BUMN industri pertahanan dalam rangka menanggulangi pandemi Virus Corona baru atau COVID-19.
"Saya berharap, kami di Kementerian BUMN terus bersinergi dengan segala Kementerian, kita tidak punya ego sektoral. Dan hari ini mudah-mudahan juga apa yang dilakukan oleh para penemu ventilator lokal juga akan kita sinergikan dengan industri pertahanan kita," ujar Erick Thohir di Jakarta, Kamis.
Erick Thohir sudah mencoba kontak pihak-pihak yang berada di industri pertahanan untuk coba mensinergikan hal tersebut.
"Saya kemarin sudah coba kontak yang ada di industri pertahanan untuk coba mensinergikan," ujar Menteri BUMN itu.
Menurut Erick Thohir, tidak mudah membangun industri nasional tapi mestinya bisa. Kalau hari ini bisa 10 persen, tahun depan 30 persen, kemudian tahun depannya lagi 50 persen.
Namun dia meminta bahwa upaya membangun industri nasional tersebut jangan diartikan bahwa bangsa Indonesia anti impor.
"Kita juga tidak anti impor. Memang beberapa tidak ada yang bisa dilakukan tetapi untuk yang bisa kita lakukan harus bisa," ujar Erick Thohir.
Erick juga meminta bahwa sekarang bukan eranya saling menyalahkan namun eranya saling bergotong royong.
Sebelumnya tiga perusahaan domestik milik pemerintah siap untuk memproduksi ribuan ventilator, atau alat bantu pernapasan, yang kerap dibutuhkan oleh pasien terpapar COVID-19.
Siap produksi ribuan ventilator
Tiga perusahaan domestik milik pemerintah siap untuk memproduksi ribuan ventilator, atau alat bantu pernapasan, yang kerap dibutuhkan oleh pasien terpapar virus corona jenis baru atau COVID-19.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, mengatakan tiga perusahaan yang merupakan industri strategis itu adalah PT Len Industri (Persero), PT Pindad (Persero), dan PT Dirgantara Indonesia/PTDI (Persero).
Hal itu juga sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo untuk mengoptimalkan sumber daya domestik dalam penanganan COVID-19. Presiden juga memerintahkan untuk mengoptimalkan penggunaan komponen bahan baku dari dalam negeri.
"Peluang memproduksi ventilator dalam negeri ini untuk mencukupi kebutuhan alat bantu pernapasan bagi pasien COVID-19,” ujar Moeldoko dari rapat koordinasi rencana produksi ventilator dalam negeri itu yang digelar melalui konferensi video.
Moeldoko juga mengajak seluruh industri untuk mengaplikasikan pesan dari Presiden agar industri dalam negeri lebih optimal untuk menangani COVID-19.
“Saya bangga karena sejumlah pihak baik perusahaan dan universitas sudah maju dan memiliki inisiatif memikirkan produksi ventilator,” ujarnya.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Elfien Goentoro mengatakan pihaknya mampu memproduksi 1000 ventilator dalam satu pekan. Dalam produksi ventilator, PTDI bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Surabaya (ITS) sebagai pihak inovator untuk membuat ventilator.
“Kami memastikan agar prototype (purwarupa) lulus uji BPFK, proses produksi, set up' lini produksi di PTDI agar lulus uji Kementerian Kesehatan,” ujarnya.
Dirut PT Len Zakky Gamal menargetkan bisa memproduksi ventilator hingga 50 unit per hari pada Mei 2020.
“Kami mengharapkan dukungan KSP (Kantor Staf Presiden) untuk percepatan pengembangan dalam penerbitan izin produksi dan izin edar ventilator ini," ujar Zakky.
Saat ini, PT Len sedang menyiapkan produksi massal ventilator yang lolos uji Badan Pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK). Selain itu, PT Len juga menyiapkan desain industri purwarupa yang dikembangkan bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Dirut Pindad Abraham Mose menargetkan bisa produksi 40 unit ventilator per hari. Semua komponen ventilator menggunakan produk lokal.
“Dirancang untuk menjadi alternatif solusi terhadap kekurangan alat ventilator di rumah sakit. Vendor komponen sementara dari Pindad sendiri." ujar Abraham.
Sementara itu, Direktur Pengawas Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes Sodikin Sadek mengatakan saat ini sudah terdapat 18 tim riset khusus untuk ventilator yang berasal dari ITS, ITB dan UGM. Kemudian, terdapat juga dari LIPI dan perusahaan-perusahaan produsen alat kesehatan.
Saat ini, BPFK yang bertugas memberikan lisensi terhadap alat kesehatan sedang mendampingi beberapa universitas dan perusahaan dalam proses produksi ventilator.
“Rata-rata daya tahan ventilator yang diajukan tidak hanya 1 x 24 jam, namun 3 x 24 jam. BPFK tidak mempersulit izin tetapi memastikan keamanan alat tersebut tetap menjadi prioritas,” kata Kepala BPFK Prastowo Nugroho.
Akhir April RI miliki 200 ventilator produksi lokal
Jadi diharapkan pada 25 April 2020 kita bisa, mudah-mudahan, mendapatkan 200 unit pertama ventilator buatan Indonesia.
Indonesia akan mendapat tambahan pasokan 200 alat bantu pernafasan ventilator portabel produksi dalam negeri yang ditujukan untuk pasien terjangkit COVID-19, selambat-lambatnya pada akhir April 2020.
Hal itu ditegaskan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers virtual usai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari Istana Merdeka, Jakarta, Rabu.
Ventilator portabel itu didesain oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknonologi (BPPT) dan diproduksi dua perusahaan dalam negeri. Masing-masing perusahaan itu memiliki kapasitas produksi 100 unit ventilator portabel.
“Jadi diharapkan pada 25 April 2020 kita bisa, mudah-mudahan, mendapatkan 200 unit pertama ventilator buatan Indonesia,” ujar dia.
Saat ini purwarupa (prototipe) dari ventilator buatan lokal itu sedang diuji di Kementerian Kesehatan. Pengujian itu akan rampung pada pekan ini, sehingga pekan depan sudah memasuki tahapan produksi.
BPPT berencana menambahkan dua lagi mitra perusahaan domestik, sehingga pembuat ventilator portabel dalam negeri ini menjadi empat perusahaan. Dengan begitu kapasitas produksinya pun menjadi 400 ventilator portabel.
"Dua lagi sudah menyatakan siap, salah satunya BUMN, yakni Indofarma, sehingga kita harapkan nanti bisa 400 unit per minggu. Kebutuhan ini akan disesuaikan dengan kebutuhan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19,“ tambahnya.
Selain ventilator domestik yang dikembangkan BPPT, saat ini ujar Bambang, terdapat 15 usulan lainnya terkait ventilator dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, pihak swasta, maupun kelompok masyarakat.
“Saat ini tentu mereka harus melakukan penggujian terlebih dahulu di Kementerian Kesehatan. Kami minta dukungan dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian BUMN agar ada mitra atau mitra industri yang bisa memproduksi prototipe yang sudah diuji,” ujarnya.
Menteri BUMN Erick Thohir akan mensinergikan para penemu ventilator lokal dengan BUMN-BUMN industri pertahanan dalam rangka menanggulangi pandemi Virus Corona baru atau COVID-19.
"Saya berharap, kami di Kementerian BUMN terus bersinergi dengan segala Kementerian, kita tidak punya ego sektoral. Dan hari ini mudah-mudahan juga apa yang dilakukan oleh para penemu ventilator lokal juga akan kita sinergikan dengan industri pertahanan kita," ujar Erick Thohir di Jakarta, Kamis.
Erick Thohir sudah mencoba kontak pihak-pihak yang berada di industri pertahanan untuk coba mensinergikan hal tersebut.
"Saya kemarin sudah coba kontak yang ada di industri pertahanan untuk coba mensinergikan," ujar Menteri BUMN itu.
Menurut Erick Thohir, tidak mudah membangun industri nasional tapi mestinya bisa. Kalau hari ini bisa 10 persen, tahun depan 30 persen, kemudian tahun depannya lagi 50 persen.
Namun dia meminta bahwa upaya membangun industri nasional tersebut jangan diartikan bahwa bangsa Indonesia anti impor.
"Kita juga tidak anti impor. Memang beberapa tidak ada yang bisa dilakukan tetapi untuk yang bisa kita lakukan harus bisa," ujar Erick Thohir.
Erick juga meminta bahwa sekarang bukan eranya saling menyalahkan namun eranya saling bergotong royong.
Sebelumnya tiga perusahaan domestik milik pemerintah siap untuk memproduksi ribuan ventilator, atau alat bantu pernapasan, yang kerap dibutuhkan oleh pasien terpapar COVID-19.
Siap produksi ribuan ventilator
Tiga perusahaan domestik milik pemerintah siap untuk memproduksi ribuan ventilator, atau alat bantu pernapasan, yang kerap dibutuhkan oleh pasien terpapar virus corona jenis baru atau COVID-19.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, mengatakan tiga perusahaan yang merupakan industri strategis itu adalah PT Len Industri (Persero), PT Pindad (Persero), dan PT Dirgantara Indonesia/PTDI (Persero).
Hal itu juga sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo untuk mengoptimalkan sumber daya domestik dalam penanganan COVID-19. Presiden juga memerintahkan untuk mengoptimalkan penggunaan komponen bahan baku dari dalam negeri.
"Peluang memproduksi ventilator dalam negeri ini untuk mencukupi kebutuhan alat bantu pernapasan bagi pasien COVID-19,” ujar Moeldoko dari rapat koordinasi rencana produksi ventilator dalam negeri itu yang digelar melalui konferensi video.
Moeldoko juga mengajak seluruh industri untuk mengaplikasikan pesan dari Presiden agar industri dalam negeri lebih optimal untuk menangani COVID-19.
“Saya bangga karena sejumlah pihak baik perusahaan dan universitas sudah maju dan memiliki inisiatif memikirkan produksi ventilator,” ujarnya.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Elfien Goentoro mengatakan pihaknya mampu memproduksi 1000 ventilator dalam satu pekan. Dalam produksi ventilator, PTDI bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Surabaya (ITS) sebagai pihak inovator untuk membuat ventilator.
“Kami memastikan agar prototype (purwarupa) lulus uji BPFK, proses produksi, set up' lini produksi di PTDI agar lulus uji Kementerian Kesehatan,” ujarnya.
Dirut PT Len Zakky Gamal menargetkan bisa memproduksi ventilator hingga 50 unit per hari pada Mei 2020.
“Kami mengharapkan dukungan KSP (Kantor Staf Presiden) untuk percepatan pengembangan dalam penerbitan izin produksi dan izin edar ventilator ini," ujar Zakky.
Saat ini, PT Len sedang menyiapkan produksi massal ventilator yang lolos uji Badan Pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK). Selain itu, PT Len juga menyiapkan desain industri purwarupa yang dikembangkan bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Dirut Pindad Abraham Mose menargetkan bisa produksi 40 unit ventilator per hari. Semua komponen ventilator menggunakan produk lokal.
“Dirancang untuk menjadi alternatif solusi terhadap kekurangan alat ventilator di rumah sakit. Vendor komponen sementara dari Pindad sendiri." ujar Abraham.
Sementara itu, Direktur Pengawas Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes Sodikin Sadek mengatakan saat ini sudah terdapat 18 tim riset khusus untuk ventilator yang berasal dari ITS, ITB dan UGM. Kemudian, terdapat juga dari LIPI dan perusahaan-perusahaan produsen alat kesehatan.
Saat ini, BPFK yang bertugas memberikan lisensi terhadap alat kesehatan sedang mendampingi beberapa universitas dan perusahaan dalam proses produksi ventilator.
“Rata-rata daya tahan ventilator yang diajukan tidak hanya 1 x 24 jam, namun 3 x 24 jam. BPFK tidak mempersulit izin tetapi memastikan keamanan alat tersebut tetap menjadi prioritas,” kata Kepala BPFK Prastowo Nugroho.
Akhir April RI miliki 200 ventilator produksi lokal
Jadi diharapkan pada 25 April 2020 kita bisa, mudah-mudahan, mendapatkan 200 unit pertama ventilator buatan Indonesia.
Indonesia akan mendapat tambahan pasokan 200 alat bantu pernafasan ventilator portabel produksi dalam negeri yang ditujukan untuk pasien terjangkit COVID-19, selambat-lambatnya pada akhir April 2020.
Hal itu ditegaskan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers virtual usai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari Istana Merdeka, Jakarta, Rabu.
Ventilator portabel itu didesain oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknonologi (BPPT) dan diproduksi dua perusahaan dalam negeri. Masing-masing perusahaan itu memiliki kapasitas produksi 100 unit ventilator portabel.
“Jadi diharapkan pada 25 April 2020 kita bisa, mudah-mudahan, mendapatkan 200 unit pertama ventilator buatan Indonesia,” ujar dia.
Saat ini purwarupa (prototipe) dari ventilator buatan lokal itu sedang diuji di Kementerian Kesehatan. Pengujian itu akan rampung pada pekan ini, sehingga pekan depan sudah memasuki tahapan produksi.
BPPT berencana menambahkan dua lagi mitra perusahaan domestik, sehingga pembuat ventilator portabel dalam negeri ini menjadi empat perusahaan. Dengan begitu kapasitas produksinya pun menjadi 400 ventilator portabel.
"Dua lagi sudah menyatakan siap, salah satunya BUMN, yakni Indofarma, sehingga kita harapkan nanti bisa 400 unit per minggu. Kebutuhan ini akan disesuaikan dengan kebutuhan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19,“ tambahnya.
Selain ventilator domestik yang dikembangkan BPPT, saat ini ujar Bambang, terdapat 15 usulan lainnya terkait ventilator dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, pihak swasta, maupun kelompok masyarakat.
“Saat ini tentu mereka harus melakukan penggujian terlebih dahulu di Kementerian Kesehatan. Kami minta dukungan dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian BUMN agar ada mitra atau mitra industri yang bisa memproduksi prototipe yang sudah diuji,” ujarnya.
☠ antara
sumber : https://garudamiliter.blogspot.com/
0 Response to "Inhan Akan Produksi Ventilator"
Post a Comment