✈ Ditinggal Pergi Pilot BAe Inggris di Bangkok✈ Hawk TNI AU ☆
Pagi ini, Senin (15/6), kita dikejutkan dengan berita jatuhnya pesawat tempur BAe Hawk 209 TT-0209 di daerah Kampar, Riau.
Pesawat tempur buatan BAe dari Inggris ini diterbangkan oleh Lettu Pnb Apriyanto Ismail yang selamat karena melontarkan diri menggunakan ejection seat.
Hawk 109/209 telah memperkuat TNI AU sejak tahun 1997. Sebanyak 40 pesawat ini dibeli TNI AU dan dioperasikan di Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin di Pekanbaru dan Skadron Udara 1 Lanud Supadion di Pontianak, Kalimantan Barat.
Meski sosoknya kecil dan berkemampuan subsonik, bukan berarti Hawk 109/209 kalah pamor dari F-16 dan kemudian Su-27/30 yang dioperasikan TNI AU.
Bau mesiunya cukup santer.
TNI AU mengerahkan Hawk 109/209 saat terjadi konflik bersenjata di Aceh tahun 2003.
Ketika operasi di Aceh, Hawk 109/209 bahu membahu dengan OV-10 Bronco mengawal pesawat C-130 Hercules saat penerjunan pasukan Linud.
Begitu juga dalam masa jajak pendapat di Timor Timur tahun 1999, dua Hawk 109/209 terlibat dog fight yang tak seimbang melawan dua F/A-18 Hornet AU Australia yang menerobos masuk wilayah Kupang.
Namun keputusan Pemerintah menggelar Hawk 109/209 di Kupang mendapat reaksi keras Pemerintah Inggris yang tidak terima pesawatnya digunakan dalam konflik dalam negeri. Isu HAM diketengahkan.
Insiden protes ini berakibat ditinggalkanya pesawat Hawk 109/209 oleh pilot BAe di Bangkok saat ferry flight ke Indonesia.
Buntut penggelaran Hawk 109/209 di Aceh dan Timtim memang panjang. Pemerintah Inggris melayangkan protes keras, bahkan sampai meminta pilot yang menerbangkan 4 pesawat ke Indonesia untuk meninggalkan pesawat yang tengah RON di Bangkok.
KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan tersentak mendapat kabar ini.
Empat pesawat Hawk 109/209 saat transit di Bangkok dalam perjalanan ke Indonesia dari Inggris, ditinggal pilotnya.
Karena itu, Hanafie langsung memerintahkan Asops KSAU Marsda TNI Kusbeni untuk membawa keempat pesawat pulang ke Indonesia. Dengan cara apapun.
Peristiwa ini terjadi pada September 1999.
Keempat Hawk 109/209 yang sudah on the way ke Indonesia itu ditinggal pergi penerbangnya atas perintah London setelah mendarat di Bangkok.
“Sebagai Asops, saya ditugasi Pak Hanafie ke Thailand untuk selamatkan Hawk 100/200,” kata (alm) Kusbeni beberapa tahun silam kepada angkasa.new.
Setibanya di Bangkok, Kusbeni mendapati satu pesawat dalam kondisi rusak. Saat ia tanyakan kepada komandan Skadron Letkol (Pnb) Kustari, diketahui masalahnya ada di mesin.
Sebagai perwira tinggi yang berpengalaman di medan operasi dan juga memiliki rating pesawat Hawk Mk-53, Kusbeni mendiskusikan dengan Kustari cara terbaik membawa pulang pesawat.
“Saya bilang begini, dari Bangkok jangan ke Pekanbaru tapi ke Medan dengan perkirakan air time 30 menit,” perintah Kusbeni.
Mantan komandan upacara penurunan bendera Merah Putih di Istana Negara pada 17 Agustus 1992 ini pun membeberkan rencana penerbangan feri ke Indonesia.
“Kamu terbang tinggi di atas 35.000 kaki. Kalau nanti mesinnya mati di atas laut, dengan gliding kamu masih sampai, minimal sampai daratan, tidak bail-out di laut,” ujar Kusbeni.
Akhirnya keempat pesawat Hawk berhasil dibawa pulang ke Indonesia dengan selamat.
“Ini soal bagaimana mengambil keputusan, karena kalau tidak diputuskan tidak akan selesai. Meski kita dekat dengan Thailand, namun masalahnya terkait Inggris. Pesawat dijaga ketat dan siapapun yang mau masuk diperiksa metal detector,” ujar Kusbeni.
Sebenarnya saat itu Kusbeni sempat bertemu orang-orang pabrikan BAe yang dikenalnya saat masih terbang di Hawk Mk-53.
Menurut mereka, pesawat ini sejatinya sudah siap namun karena beberapa komponen berasal dari Amerika, maka proses pengiriman pun menjadi tidak lancar.
Saat ini kesiapan pesawat Hawk 109/209 memang sudah menurun. Baik karena faktor usia maupun dukungan suku cadang.
Sempat bergulir wacana untuk mengganti pesawat ini. Jika terealisasi, menurut wacana ini, Hawk 109/209 yang masih tersisa akan dikumpulkan di satu skadron, katakan Pekanbaru. Sedangkan Skadron 1 yang ditinggal akan diisi pesawat baru.
Pagi ini, Senin (15/6), kita dikejutkan dengan berita jatuhnya pesawat tempur BAe Hawk 209 TT-0209 di daerah Kampar, Riau.
Pesawat tempur buatan BAe dari Inggris ini diterbangkan oleh Lettu Pnb Apriyanto Ismail yang selamat karena melontarkan diri menggunakan ejection seat.
Hawk 109/209 telah memperkuat TNI AU sejak tahun 1997. Sebanyak 40 pesawat ini dibeli TNI AU dan dioperasikan di Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin di Pekanbaru dan Skadron Udara 1 Lanud Supadion di Pontianak, Kalimantan Barat.
Meski sosoknya kecil dan berkemampuan subsonik, bukan berarti Hawk 109/209 kalah pamor dari F-16 dan kemudian Su-27/30 yang dioperasikan TNI AU.
Bau mesiunya cukup santer.
TNI AU mengerahkan Hawk 109/209 saat terjadi konflik bersenjata di Aceh tahun 2003.
Ketika operasi di Aceh, Hawk 109/209 bahu membahu dengan OV-10 Bronco mengawal pesawat C-130 Hercules saat penerjunan pasukan Linud.
Begitu juga dalam masa jajak pendapat di Timor Timur tahun 1999, dua Hawk 109/209 terlibat dog fight yang tak seimbang melawan dua F/A-18 Hornet AU Australia yang menerobos masuk wilayah Kupang.
Namun keputusan Pemerintah menggelar Hawk 109/209 di Kupang mendapat reaksi keras Pemerintah Inggris yang tidak terima pesawatnya digunakan dalam konflik dalam negeri. Isu HAM diketengahkan.
Insiden protes ini berakibat ditinggalkanya pesawat Hawk 109/209 oleh pilot BAe di Bangkok saat ferry flight ke Indonesia.
Buntut penggelaran Hawk 109/209 di Aceh dan Timtim memang panjang. Pemerintah Inggris melayangkan protes keras, bahkan sampai meminta pilot yang menerbangkan 4 pesawat ke Indonesia untuk meninggalkan pesawat yang tengah RON di Bangkok.
KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan tersentak mendapat kabar ini.
Empat pesawat Hawk 109/209 saat transit di Bangkok dalam perjalanan ke Indonesia dari Inggris, ditinggal pilotnya.
Karena itu, Hanafie langsung memerintahkan Asops KSAU Marsda TNI Kusbeni untuk membawa keempat pesawat pulang ke Indonesia. Dengan cara apapun.
Peristiwa ini terjadi pada September 1999.
Keempat Hawk 109/209 yang sudah on the way ke Indonesia itu ditinggal pergi penerbangnya atas perintah London setelah mendarat di Bangkok.
“Sebagai Asops, saya ditugasi Pak Hanafie ke Thailand untuk selamatkan Hawk 100/200,” kata (alm) Kusbeni beberapa tahun silam kepada angkasa.new.
Setibanya di Bangkok, Kusbeni mendapati satu pesawat dalam kondisi rusak. Saat ia tanyakan kepada komandan Skadron Letkol (Pnb) Kustari, diketahui masalahnya ada di mesin.
Sebagai perwira tinggi yang berpengalaman di medan operasi dan juga memiliki rating pesawat Hawk Mk-53, Kusbeni mendiskusikan dengan Kustari cara terbaik membawa pulang pesawat.
“Saya bilang begini, dari Bangkok jangan ke Pekanbaru tapi ke Medan dengan perkirakan air time 30 menit,” perintah Kusbeni.
Mantan komandan upacara penurunan bendera Merah Putih di Istana Negara pada 17 Agustus 1992 ini pun membeberkan rencana penerbangan feri ke Indonesia.
“Kamu terbang tinggi di atas 35.000 kaki. Kalau nanti mesinnya mati di atas laut, dengan gliding kamu masih sampai, minimal sampai daratan, tidak bail-out di laut,” ujar Kusbeni.
Akhirnya keempat pesawat Hawk berhasil dibawa pulang ke Indonesia dengan selamat.
“Ini soal bagaimana mengambil keputusan, karena kalau tidak diputuskan tidak akan selesai. Meski kita dekat dengan Thailand, namun masalahnya terkait Inggris. Pesawat dijaga ketat dan siapapun yang mau masuk diperiksa metal detector,” ujar Kusbeni.
Sebenarnya saat itu Kusbeni sempat bertemu orang-orang pabrikan BAe yang dikenalnya saat masih terbang di Hawk Mk-53.
Menurut mereka, pesawat ini sejatinya sudah siap namun karena beberapa komponen berasal dari Amerika, maka proses pengiriman pun menjadi tidak lancar.
Saat ini kesiapan pesawat Hawk 109/209 memang sudah menurun. Baik karena faktor usia maupun dukungan suku cadang.
Sempat bergulir wacana untuk mengganti pesawat ini. Jika terealisasi, menurut wacana ini, Hawk 109/209 yang masih tersisa akan dikumpulkan di satu skadron, katakan Pekanbaru. Sedangkan Skadron 1 yang ditinggal akan diisi pesawat baru.
sumber : https://garudamiliter.blogspot.com/
0 Response to "Kisah Hawk 109/209 TNI AU"
Post a Comment