Saat Tidak Ada Perang, Waktu Tepat Bangun Kekuatan Pertahanan Negara

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwWFXx5EZ31EuhgJWNzkfUD4yEVnSBYNtSIvdY0lleEvqv-WNwHyABfrQeanXs0kASGDTShoxQgD-W30tq2RlBa7X2vqb2HeyRJGTqeRJGwtAO4FYFp6DEkUNmzzZcOYGdKQifcSDMU1fa/w320-h320/991+KRI+dr+Wahidin.pngIlustrasi Kapal BRS produksi PAL (PAL)

W
akil Menteri Pertahanan RI M. Herindra menjadi narasumber pada topik “Membangun Kekuatan Pertahanan di Kawasan Regional”, di Media Center Indonesia Maju, Jakarta, Jumat (12/1). Selain Wamenhan, turut juga menjadi narasumber yaitu Direktur Utama PT Len Industri Bobby Rasyidin yang dimoderatori oleh Staf Khusus Kementerian BUMN Tsamara Amany.

Wamenhan dalam kesempatan ini menekankan bahwa selama memimpin di Kementerian Pertahanan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto selalu mengadakan diskusi dengan TNI terkait performance prajurit, kebutuhan alutsista TNI dan pembangunan industri pertahanan dalam negeri.

Ada beberapa yang harus segera kita perbaiki. Beberapa alat perang kita usianya sudah cukup tua. Untuk itu Kemhan terus berupaya keras agar performa TNI kita optimal. Kita akan berupaya untuk melakukan yang terbaik,” ujar Wamenhan terkait tanggapannya terhadap pengadaan alutsista baru.

Menurut Wamen, membeli alutsista baru membutuhkan waktu yang lama. Seperti pengadaan 42 unit pesawat tempur Rafale yang dilakukan oleh Menhan Prabowo. “Pesawat baru itu akan datang dan combat ready tujuh tahun yang akan datang,” kata Wamenhan.

Oleh karena itu di saat tidak ada perang, maka kita gunakan untuk membangun kekuatan pertahanan negara,” lanjut Wamenhan.

Terkait perkuatan kawasan regional, Wamenhan menegaskan bahwa Indonesia adalah negara non-blok. Artinya Indonesia tidak beraliansi dengan blok tertentu atau netral. Dalam konteks ini Kementerian Pertahanan melaksanakan diplomasi pertahanan dan berteman dengan berbagai negara untuk menghadapi berbagai tantangan di bidang pertahanan.

Sementara itu, Dirut PT Len Industri Bobby Rasyidin menyatakan, dalam membangun industri pertahanan, ada tiga hal yang terpenting yaitu pengembangan SDM, riset, dan opportunity. Terkait pengembangan SDM, salah satu upaya Kemhan adalah melalui program-program Universitas Pertahanan RI yang diusung oleh Menhan Prabowo untuk memastikan ketersediaan SDM yang handal.

Sedangkan terkait riset, industri pertahanan dalam negeri terus melakukan riset agar dapat melakukan lompatan teknologi dari proses Transfer of Technology (ToT) dari industri pertahanan luar negeri. Hal ini dibuktikan salah satunya oleh PT PAL yang telah memiliki kemampuan membangun kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD). Departemen Pertahanan Filipina memilih PT PAL Indonesia sebagai penyedia proyek Landing Dock melalui Notice of Award (NoA) dan Angkatan Laut Uni Emirat Arab untuk pengadaan enam kapal perang jenis LPD (Landing Platform Dock), dari ajang pameran pertahanan International Defense Exhibition & Conference (IDEX) 2023.

Hal ketiga yaitu opportunity menyangkut pemberian kesempatan yang luas bagi industri pertahanan dalam negeri agar mendapatkan prioritas untuk dapat memenuhi kebutuhan alutsista TNI. Menhan Prabowo terus memacu agar produksi dalam negeri dilakukan sebanyak mungkin. Industri pertahanan dalam negeri harus di depan dalam pemenuhan alutsista TNI.

Renstra sebelumnya, industri pertahanan BUMN kita hanya menerima 21 kontrak dari tahun 2015-2019 dari Kementerian Pertahanan. Di tahun 2020 sampai dengan sekarang, sudah ada 168 kontrak. Saya sangat confident, kalau industri pertahanan kita bisa masuk rangking 50-an,” ujar Dirut PT LEN. (Biro Humas Setjen Kemhan)

  🛡 Kemhan  


sumber : https://garudamiliter.blogspot.com/

0 Response to "Saat Tidak Ada Perang, Waktu Tepat Bangun Kekuatan Pertahanan Negara"

Post a Comment