Wajarkah Suatu Negara Beli Alutsista Bekas?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnH4niL0VhE3I6iVrQaT6FHHyg7Pt5SKUTAuRF5ftwAtJ4unIKigWFL1_7wad5sKcC3qVY6d6J865zGAOXWp6Dh7uOnOagpyCXZ4atFvMlpRR8Su6ZCymgTs9tf9h7qXUDHVw-Q-PdJKKjSPlGFJErkxC9BZRUFIWGmGMCfYiOp9A_OJP1TBqG0I_nCbvI/s1203/Passing%20Exercise%20Thaon%20di%20Revel-class%20OPV%20ITS%20Francesco%20Morosini%20(P431)%20and%20Parchim-Class%20corvettes%20KRI%20Cut%20Nyak%20Dien%20(375)%20&%20KRI%20Wiratno%20(379)%20in%20Jakarta%20Bay%20QAIWK1a.jpgIlustrasi (Dispenal)

P
engadaan alat utama sistem pertahanan (alutista) bekas di masa Menteri Pertahanan RI sekaligus calon presiden (capres) 2024 nomor urut 02, Prabowo Subianto, mendapat sorotan pada debat ketiga Pilpres 2024.

Setidaknya topik tersebut muncul sebanyak enam kali dan memanaskan debat dari segmen satu sampai dengan segmen lima.

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan langsung mengkritik pembelian alutsista bekas olek Kemenhan pada segmen pertama debat. Ia menyebutkan bahwa dana Rp 700 triliun yang dianggarkan kepada kementerian yang dipimpin Prabowo tidak bisa dipertahankan dan justru digunakan untuk membeli alutsista bekas.

Kritik lainnya berasal dari paslon dengan nomor urut 03, ia menegaskan ketidaksetujuannya dengan pembelian alutsista bekas.

"Jadi mohon maaf kaitan dengan utang, no utang, no usang. Sehingga alutsista kita betul-betul kita lakukan transfer of technology dari dalam negeri," kata Ganjar pada debat capres kedua, Minggu (7/1).

Prabowo merespons dengan menyebutkan alasan di balik pembelian alutsista bekas yang dilakukannya. Ia menekankan bahwa alutsista yang digunakan di manapun adalah alat bekas yang mempunyai usia muda.

"Jadi, dalam alat perang, saya katakan, bukan baru dan bekas, tapi usianya. Kalau pesawat, flying hours. Dan tentunya, kita pasti mau yang terbaik untuk prajurit kita," balas Prabowo.

Ia menyatakan bahwa pembelian alutsista baru akan memakan waktu setidaknya tiga tahun sampai alat tersebut selesai diproduksi. Terlebih lagi, Prabowo melanjutkan, butuh waktu tujuh tahun hingga armada tersebut bisa beroperasi.

Prabowo menilai bahwa ia membutuhkan kemampuan yang bisa digunakan selama menunggu siapnya alutsista baru pada kurun waktu 3-7 tahun tersebut.

 
Soal Alutsista Bekas 
https://asset.kompas.com/crops/A1So1qQN_BzGQH9i6epQ2vLZwKQ=/0x0:0x0/750x500/data/photo/2022/11/18/63775b136d0f1.jpegJet tempur Mirage 2000-5 milik Angkatan Udara Kerajaan Qatar.((avionslegendaires)

Akademisi Ilmu Hubungan Internasional, Broto Wardoyo menuturkan pengadaan alutsista sebuah negara akan dilandasi oleh kondisi negara tersebut melakukan penilaian terhadap kawasan sekitarnya.

Menurutnya, masuk akal bagi negara yang mengalami kondisi ancaman peperangan nyata untuk membeli alutsista bekas dengan alasan mempertahankan diri.

Ia menyebut bahwa tidak mungkin bagi negara yang sedang dalam kondisi terancam tersebut untuk menunggu selama 3-4 tahun untuk pembuatan senjata terlebih dahulu.

Hal tersebut pun berlaku kebalikannya. Negara yang berada dalam kondisi keamanan yang memadai dan memilki kapasistas pertahanan yang cukup akan dipertanyakan keputusannya ketika membeli senjata bekas.

"Kalau misalnya kondisinya sebetulnya kita memadai, jadi kita punya kapasitas yang cukup, ya ngapain kita beli senjata bekas? Lebih kita beli senjata baru," kata Broto kepada wartawan CNN pada Senin (8/1).

Oleh karenanya, ia pun menilai pertanyaan yang penting untuk diajukan saat ini adalah mengenai apakah Kemhan menilai akan terjadi perang dalam waktu dekat.

"Jadi bisa ditanyakan ke Kemhan, 'Memang mau perang Pak beberapa tahun lagi? Kok kita butuh senjatanya sekarang? Apa tidak bisa kita beli sekarang yang baru, meskipun nanti datangnya tiga tahun lagi?" ujar pria yang akrab disapa Itok tersebut.

Sementara itu, Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah mengemukakan bahwa masih wajar suatu negara beli alutsista bekas terlepas dari kondisinya.

Ia mengungkapkan bahwa merupakan sebuah hal yang normal bagi suatu negara untuk melakukan upgrade terhadap kekuatan militernya.

Reza menambahkan bahwa sebetulnya praktik jual beli kendaraan bekas merupakan praktik yang lumrah dalam dunia alutsista. Ia menyebutkan bahwa negara yang dibeli alutsistanya akan merasa diuntungkan karena senjata yang dibeli merupakan senjata yang berumur dan sudah masuk kepada level kecanggihan alutsista di atasnya.

Ia pun menjelaskan keuntungan juga didapat oleh Indonesia selaku pembeli alutsista bekas. Ia menilai bahwa Indonesia jadi punya kesempatan mempelajari teknologi canggih dari alutsista bekas tersebut.

"Dan pada saat yang sama ada manfaat praktisnya TNI AU punya kesempatan untuk mempelajari senjata-senjata tersebut. Kecanggihannya, perbedaan dan persamanya serta teknologi dari negara lain misalnya," ujar Reza.

Ia pun menambahkan bahwa alutsista Indonesia yang mengalami diversifikasi pun membawa keniscayaan. Ia melihat bahwa sumber alutsista yang berasal dari berbagai negara tersebut akan memberikan keahlian bagi Indonesia sehingga dalam jangka panjang dapat menjadi konsultan untuk negara lain.

Reza menyebutkan Indonesia saat ini berada pada posisi yang terlalu jauh untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi alutsista. Ia pun menilai bahwa hal yang bisa dilakukan adalah mencoba untuk mengakrabkan diri dengan teknologi yang saat ini digunakan.

"Kita juga harus akui saat ini kalau melompat ke teknologi 5.0 kejauhan. Jadi yang kita lakukan sekarang melakukan akuisisi dengan harapan bisa mengakrabkan diri dengan teknologi yang digunakan," ujar Reza. (sym/bac)

  ★ CNN  


sumber : https://garudamiliter.blogspot.com/

0 Response to "Wajarkah Suatu Negara Beli Alutsista Bekas?"

Post a Comment