Marah dan Pengaruh Negatifnya

Jurnalmuslim.com - Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim, Anggota Royal College of Physicians di London, dan seorang konsultan dalam pengobatan penyakit dalam dan jantung, berkata: Kecenderungan dan perasaan manusia dapat terbagi menjadi tiga kategori.

illustrasi, marah
Sikap dan perilaku manusia berbeda beda tergantung pada kecenderungan terhadap perasaannya serta sampai mana seseorang dapat mengendalikannya.

  1. Kecenderungan fisik yang mengarah kepada pemberontakan dan rasa marah
  2. Kecenderungan terhadap dominasi, yang mengarah kepada kesombongan dan kecintaan untuk memimpin
  3. Kecenderungan jahat yang menyebabkan rasa benci dan amarah kepada orang lain

Tidak peduli bagaimana seseorang memiliki kecenderungan, dia akan terkena rasa marah dan tubuhnya akan bereaksi terhadapnya. Sehingga tekanan darahnya akan naik dan dia akan terkena penyakit psikis dan fisik (seperti: diabetes dan angina).

Penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa marah yang dilakukan terus menerus dapat mengurangi masa hidup seseorang.

Rasulullah ﷺ menasihati umat Islam dalam haditsnya, “Jangan marah.”

Hal ini tidak berarti bahwa seseorang tidak boleh marah sama sekali. Melainkan seseorang jangan mudah terbawa emosi dalam kemarahannya. Seseorang perlu marah jika batasan suci dari Allah Subhanahu wa ta’ala dilanggar.

Rasulullah ﷺ bersabda kepada orang yang marah,
_“Jika salah seorang dari kalian marah, biarkanlah dia diam.”_

Orang yang marah dapat melakukan apapun yang dia sendiri tidak sukai ketika rasa marahnya reda.

Maka dari itu, Rasulullah bersabda, _“Janganlah kalian memutuskan perkara antara dua orang sedang dia dalam keadaan marah.”_ *(HR. Muslim)*

Al-Qur’an menggambarkan rasa marah sebagai tipu daya setan untuk menguasai manusia.

Setan akan mendorongnya melakukan hal-hal yang tidak akan dia lakukan ketika tidak marah.

Nabi Musa AS melempar luh-luh Taurat dan menarik kepala saudaranya kepadanya. Saat amarahnya reda, dia mengambil kembali luh-luh tersebut.

Allah Yang Mahakuasa berfirman:
_“Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu.”_ *(QS. Al-A’raf: 54)*

Seakan-akan rasa marah adalah bisikan setan yang menguasai diri (waswas) sehingga memengaruhi akal pikiran Nabi Musa dan menyebabkannya melempar luh-luh Taurat.

*Menghindari Rasa Marah*

Menghindari rasa marah memerlukan pengendalian diri dan iman yang kuat kepada Allah. Rasulullah ﷺ memuji sifat-sifat ini dalam hadits:

_“Orang yang kuat bukanlah yang ahli dalam bergulat, akan tetapi orang kuat adalah yang mampu mengekang dirinya saat marah.”_

Menghindari rasa marah tidak dilakukan dengan meminum obat penenang. Karena obat itu hanya efektif jika digunakan setiap hari, dan mereka yang menggunakan obat penenang tidak dapat berhenti dengan mudah.

*Rasa marah juga mengubah sifat seseorang*, sehingga pengobatannya adalah mengubah perilaku seseorang dan bagaimana ia mengatasi masalahnya sehari hari.

Dengan demikian, kemarahannya akan berubah menjadi ketenangan dan martabat.

Dr. Ahmad Syauqi menambahkan: Psikolog menemukan dua cara untuk mengobati pasien yang marah.

Yang pertama adalah dengan mengurangi perasaan sensitifnya. Dengan melatih pasien—di bawah pengawasan seorang dokter—untuk melatih teknik relaksasi dalam menghadapi situasi-situasi sulit. Sehingga pasien dapat belajar bagaimana menghadapi situasi tersebut tanpa marah atau emosi.

Yang kedua adalah dengan menenangkan pikiran dan otot. Dokter bertanya kepada pasien untuk mengingat hal buruk dalam hidupnya. Jika dia sedang berdiri maka dia harus duduk atau berbaring, untuk memberikannya kesempatan untuk berpikir dan rileks.

Metode pengobatan ini baru ditemukan baru-baru ini oleh para dokter, sementara Rasulullah ﷺ telah mengajarkannya kepada para shahabat dalam haditsnya,

*“Jika salah seorang dari kalian marah dan sedang berdiri, maka hendaklah dia duduk. Dan bila dia sedang duduk maka hendaklah dia berbaring."* _(HR. Ahmad dan Abu Daud. Hadits ini shahih)_

sumber : http://www.jurnalmuslim.com

0 Response to "Marah dan Pengaruh Negatifnya"

Post a Comment