Menyia-nyiakan Waktu dan Kesempatan adalah Lebih Dahsyat dari Kematian

Jurnalmuslim.com - Mati, banyak manusia yang merasa takut dengan kematian, bukan karena rupa yang mengerikan atau wujudnya yang menakutkan, akan tetapi karena rasa yang begitu menyakitkan kala kematian itu benar-benar sedang mendatanginya. Yaitu di saat berpisahnya ruh dari jasadnya yang akan dirasakan oleh setiap helai saraf dari rasa sakit yang belum pernah terlewati sebelumnya.

Kematian inilah yang paling ditakuti oleh orang-orang Kafir, karena kecintanya yang sangat akan dunia serta tujuan kesenangan dunia yang menjadi prioritasnya, sehingga mereka sangat takut akan sakitnya kematian yang akan memutus semua itu.

illustrasi

Berbeda dengan orang mukmin, justru mereka menginginkan kematian itu, bukan karena bosan dengan hiruk pikuk kehidupan dunia melainkan karena hatinya sudah sangat rindu untuk bertemu Rabbnya yang telah menciptakan dan menganugerahkan beragam kenikmatan yang tiada terhingga.

Begitu sakitnya rasa kematian itu, bahkan para Nabi sampai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan khailullah (kekasih Allah) pun merasakan sakitnya saat detik-detik kematian itu menghampirinya. Bagaimana rasa sakit itu jika dialami oleh manusia biasa seperti kita, yang begitu banyak perbuatan dosa dan maksiat telah tertumpuk dalam kesehariannya.

Tentu sakit itu akan jauh lebih sakit rasanya kecuali bagi orang-orang yang telah diberi rahmat oleh Allah. Terlebih lagi jika kematian itu menimpa para pembangkang dan pendurhaka, mereka pasti akan merasakan sakit yang jauh lebih menyakitkan dari pada yang lainnya.

Demikianlah dahsyatnya kematian, namun banyak manusia yang lupa bahwa ada kedahsyatan yang jauh lebih besar daripada kematian itu sendiri. Ia memang tidak terasa dan teraba layaknya kematian yang pasti menimpa setiap yang berjiwa, dan karena kelembutannya banyak manusia yang tiada merasakan hal itu dan akhirnya banyak yang melalaikannya. Kedahsyatan itu tiada lain adalah menyia-nyiakan waktu, kesempatan, umur dan usia yang telah Allah karuniakan untuk dirinya.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah pernah berkata,

اضاعة الوقت أشد من الموت, لأن اضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة, والموت يقطعك عن الدنيا وأهلها

“Menyiakan waktu lebih buruk dari pada kematian, karena menyiakan waktu memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, adapun kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan para penghuninya.” (Al-Fawaid, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, hal. 33)

Waktu atau masa adalah perkara yang paling berharga dalam kehidupan seorang hamba. Bukan karena dzat yang menjadikannya terasa mulia, melainkan kedudukannya dalam pandangan manusia. Hidup manusia tak bisa lepas dari waktu, bahkan waktu baginya ibarat hamparan alam yang menjadi ladang amalannya.

Karenanya menyia-nyiakan waktu dan kesempatan dari beramal adalah sebuah kerugian dan kecelakaan besar, yang hanya akan menimbulkan berbagai kemaksiatan dan kelalaian setelahnya.

Bagaimana tidak rugi, sedangkan Allah dan Rasul-Nya menyeru didalam Al-Qur’an untuk bersegera melaksanakan kebaikan dan sekali-kali jangan sampai kebaikan itu disia-siakan. Allah berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS. Al ‘Imran 3 : 133)

Bagaiman tidak celaka, sedangkan waktu dan kesempatan adalah sesuatu yang akan ditanyakan dan dimintai pertanggung jawaban diakhirat. Rasulullah bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Maka saksikanlah bagaimana Allah menggambarkan penyesalan dan penderitaan orang-orang Kafir diakhirat, disebabkan habisnya waktu dan umur mereka dalam kesia-siaan tanpa mau menggunakannya untuk beramal. Allah berfirman,

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minun 23 : 99-100)

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS. Fathir 35 : 37)

وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ

“Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?.” (QS. Asy-Syura 42 : 44)

Subhanallah betapa besarnya penyesalan orang-orang yang menyia-nyiakan waktu dan kesempatannya didunia, sehingga mendatangkan adzab yang pedih diakhirat.

Qotadah mengatakan, “Beramallah karena umur yang panjang itu akan menjadi dalil yang bisa menjatuhkanmu. Marilah kita berlindung kepada Allah dari menyia-nyiakan umur yang panjang dalam hal yang sia-sia.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 553, pada tafsir surat Fathir ayat 37)

Yaa ikhwah, marilah kita merenungi waktu, umur dan kesempatan yang telah Allah anugerahkan kepada kita yang ternyata hampir waktu kita selalu dipenuhi dengan kelalaian dan kesia-siaan.. Wal ‘iyadzubillah..

Mari kita tanyakan, sudahkah kita gunakan barang sedikit waktu dan kesempatan kita untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi dienul Islam (agama Islam)?? Ataukah kita akan terus berada diatas kelalaian terhadap dien dan syari’at kita yaitu syari’at Islam? Sedangkan dienul Islam yaitu dien yang menjadikan kita mendapatkan gelar kemuliaan, pada hari ini sedang dihinakan dan berusaha untuk di hancurkan oleh pasukan-pasukan setan.

Maka tidaklah kita menyia-nyiakan waktu dan kesempatan kita untuk berhijrah dan berjihad serta menguatkan iman untuk membela kemuliaan Islam wal Muslimin, melainkan itu adalah tanda dan bukti yang nyata bahwa Allah sedang berpaling dari diri kita. Allah memalingkan wajah dan rahmat-Nya dikarenakan waktu dan kesempatan yang terlalaikan tanpa mau beramal untuk kemuliaan Islam.

 إن من إعراض الله عن العبد أن يشغله بما لا ينفعه

“Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam perkara yang sia-sia.” (Hilyatul Awliya’, 10: 134)

Berhati-hatilah dengan waktu dan kesempatan yang Allah berikan kepada kita, karena ia tidak akan pernah kembali selama-lamanya,apabila tidak segera digunakan untuk mengamalkan perintah Allah serta menjauhi larangannya.

Sehingga akan melahirkan penyesalan di akhirat ketika kita menghadap Allah Jalla wa ‘Ala.

الوقت أنفاس لا تعود

“Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali selama-lamanya”.

Dan tidaklah seorang mengharapkan kemuliaan dan kebaikan,padahal dia tertidur diatas kelalaian dan kesia-siaan melainkan orang yang panjang angan-angan.

‘Aun bin ‘Abdullah berkata, “Sikapilah bahwa besok adalah ajalmu. Karena begitu banyak orang yang berangan-angan panjang umur, ia malah tidak bisa menemui hari esok. Seharusnya ketika engkau mengingat kematian, engkau akan benci terha dap sikap panjang angan-angan.” Wallahu A’lam… (Ustadz Qutaibah/manjanik)

sumber : http://www.jurnalmuslim.com

0 Response to "Menyia-nyiakan Waktu dan Kesempatan adalah Lebih Dahsyat dari Kematian"

Post a Comment