Risma: Kalau Ahok Memang Hebat, Jangan Panik dan Bicara Seenaknya

Jurnalmuslim.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengingatkan kepada Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok tidak menyudutkan Kota Surabaya dengan meremehkan hasil pembangunanannya selama ini. Sebagai warga Surabaya, Risma mengaku tersinggung atas ucapan Ahok yang menilai trotoar di Kota Surabaya menjadi baik dan nyaman itu dibangun dengan waktu yang lama. Juga luas wilayah Surabaya tidak sebesar DKI Jakarta, namun hanya seperti Jakarta Selatan.
Foto: Ilustrator Andhika Akbarayansyah

“Ini bukan persoalan pencalonan gubernur, tapi sudah harga diri warga Surabaya. Kalau Ahok memang merasa hebat, jangan panik dan bicara seenaknya. Kenapa Surabaya selalu dijadikan perbandingan, padahal kita tidak ada sangkut pautnya dengan dia,” ujar Risma, panggilan akrab Tri Rismaharini kepada wartawan di Balai Kota Surabaya, Kamis (11/8) sore.

“Yang terbaru itu dia menyoroti tentang isu trotoar antara Jakarta dibandingkan dengan di Kota Surabaya yang kondisinya berbeda. Surabaya dinilai berhasil membuat Ahok tidak terima dengan sejumlah alasannya. Ini bukan masalah bagus atau tidak. Surabaya itu uangnya (APBD) Rp 7 triliun, Jakarta katanya Rp 64 triliun. Tapi kami mengelola secara efisien. Dan di bawah trotoar itu ada yang mahal, ada box culvert,” ujar Risma.

Demikian pula untuk ukurannya juga jangan meremehkan Surabaya. Jakarta memiliki luas 661.5 Km2 sedangkan Surabaya seluas 374,8 Km2. Jadi Surabaya itu separuh lebih dari Jakarta. Untuk itu Risma marah ketika Surabaya dianggap seluas Jakarta Selatan. Di Jakarta, “Ahok dibantu lima orang wali kota. Aku seorang diri di Surabaya. Fakta ini harus kusampaikan. Itu orang sombong. Warga Surabaya bisa marah dihina begitu. Aku kalau ngomong ya berbasis data, tidak asal ngomong,” ujar Risma.

Pada bagian lain Risma mengaku heran dengan sikap Ahok yang terus ‘menyerang’ Surabaya. “Kenapa Surabaya terus. Ahok sebagai petahana (incumbent) tidak usah takut. Kalau kerjanya lima tahun bagus, masyarakat kan senang dan nggak usah takut,” ujar Risma seolah menyampaikan pesan karena Ahok semakin hari semakin terkesan galau dan ketakutan. Dikemukakan, bahwa selama ini, Risma berusaha menahan diri. Namun Risma tak ingin masyarakat marah sehingga terpaksa sebagai wali kota harus menjelaskan.

“Saya juga nggak pingin Surabaya dibilang besar. Cuma aku harus sampaikan hal ini agar warga Surabaya gak marah dan bergerak. Untuk apa menyinggung-nyinggung Surabaya terus. Saya membangun tidak untuk dipamer-pamerkan. Ini untuk kesejahteraan warga Surabaya,” tandas Risma sekaligus mengingatkan kepada Ahok untuk tidak membuat hati warga Surabaya terluka karena tudingan ngawurnya.

Di hari kemerdekaan ini jangan terpecah belah. Kalau kita terpecah belah akan kalah bangsa ini. Warga Jakarta dan Surabaya itu bersaudara, ujar Risma lagi. Menurut catatat Risma, tudingan yang menyakitkan itu adalah kali kedua. Yang pertama Risma dituding pernah membandingkan Solo dengan Surabaya termasuk wali kota Solo yang bisa jadi presiden. Masak wali kota Surabaya tidak bisa. Kenapa kok Surabaya. Seperti sudah berulang kali saya katakan, kalau boleh memilih saya ingin tetap di Surabaya, tandas Risma.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Ahok kepada media membicarakan soal keberhasilan Risma membangun trotoar yang bagus di Surabaya. Hal itu disampaikan Ahok saat banyak pihak yang membanding-bandingkan kandidat yang mengemuka. Ahok justru setuju bila pembandingan itu didasarkan pada program-program konkret semacam pembangunan trotoar atau masalah penataan kota lainnya.

Pembandingan seyogyanya dilakukan terhadap objek yang setara, misalnya Surabaya dibandingkan dengan Kota Administrasi Jakarta Selatan saja, bukan Provinsi DKI Jakarta. Misalnya Jakarta bagaimana ini, Jakarta beda banget sama Surabaya, Surabaya trotoarnya sudah rapi, Jakarta kok belum? Nah itu yang sehat untuk pembandingan antarkandidat Pilgub DKI Jakarta. Kita akan jelaskan kepada masyarakat, Surabaya itu cuma luasnya tidak lebih dari Jakarta Selatan. Gitu loh, ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (11/8) siang.

Gubernur Ahok mengakui trotoar di Surabaya lebih baik ketimbang di Jakarta, dan Ahok bersedia belajar dari Risma. Namun Ahok juga mengingatkan, Surabaya itu tidak sebesar Jakarta. Ahok justru setuju bila pembandingan itu didasarkan pada program-program konkret semacam pembangunan trotoar atau masalah penataan kota lainnya. Pembandingan seyogyanya dilakukan terhadap objek yang setara, misalnya Surabaya dibandingkan dengan Kota Administrasi Jakarta Selatan saja, bukan Provinsi DKI Jakarta.

“Di sini bukan cuma Jakarta Selatan loh, ini ada Utara, Timur, Pusat, Barat. Itu beda. Jadi komparasinya mesti bandingin,” ujar Ahok. Soal kondisi perkotaan, Ahok berujar pusat kota di Jakarta juga sudah apik. Untuk penataan sampai keseluruhan Jakarta, tentu butuh waktu lebih untuk merampungkannya. Misalnya kalau cuma Jakarta Pusat, kamu lihat di tengah kota saja bagus enggak? Ya bagus dong. Cuma sini doang kok,” ujar Ahok yang berkantor di Jakarta Pusat.

Ahok pada, Selasa (7/4) juga pernah berkata senada soal perbandingan Jakarta dengan Surabaya. Tahun lalu, Risma pernah menyinggung soal e-Government DKI. Ahok menilai tak sepantasnya Jakarta dibandingkan dengan Surabaya. Jadi (Risma) jangan bandingin (Jakarta) dengan Kota Surabaya. Surabaya itu kasarnya Jakarta Pusat, Jakarta Selatan doang. Kita (Jakarta) itu ibarat Provinsi Jawa Timur tuh, kayak kita urusannya gitu loh. Kalau cuma Kota Surabaya satu mah yah sama kayak satu Kota Jakarta Pusat, kata Ahok di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta. (ARS)

sumber : http://www.jurnalmuslim.com

0 Response to "Risma: Kalau Ahok Memang Hebat, Jangan Panik dan Bicara Seenaknya"

Post a Comment