gambaran pembantaian oleh PKI |
Jenderal Achmad Yani, Jenderal Soetojo, Jenderal DI Pandjaitan, Jenderal Suprapto, Jenderal Harjono serta Jenderal S Parman gugur akibat penculikan dan pembunuhan oleh antek-antek PKI. Juga gugur adalah putri kedua Jenderal Abdul Haris Nasution yang bernama Ade Irma Nasution. Kemudian di Yogyakarta yang gugur antara lain adalah Kolonel Katamso dan Kolonel Sugiono.
Salah satu pimpinan pemberontakan PKI itu adalah Letnan Kolonel Untung yang merupakan salah seorang pimpinan resimen Tjakrabirawa yang merupakan satuan pengamanan presiden.
Sebuah kelompok di Belanda yang menamakan dirinya "pengadilan rakyat " pada tahun 2016 menuduh bahwa telah terjadi pembunuhan terhadap ribuan orang di Tanah Air saat itu. Namun untungnya dengan tegas pemerintah Indonesia telah menyatakan tidak terikat pada" keputusan atau vonis" di luar negeri itu.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan telah menyatakan secara tegas bahwa pemerintahannya tidak akan memberi maaf kepada para pemberontak itu.
Seorang" pengamat kebudayaan" pada pertengahan bulan Agustus tahun 2015 telah mendesak pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla agar memberikan maaf kepada perusuh itu.
Namun di lain pihak, hanya beberapa hari permintaan" pengamat itu" dilontarkan maka secara tegas Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat menolak seruan "tokoh masyarakat" itu.
Beberapa waktu lalu, beberapa putra dan putri Pahlawan Revolusi-- sebutan bagi para putra-putri yang ayahnya kehilangan nyawanya akibat diculik dan dibunuh anggota PKI itu-- bertemu dengan anak-anak yang ayah dan atau ibunya menjadi tokoh-tokoh PKI untuk berkenalan dan beramah tamah.
Tapi tentu saja, pertemuan itu tidak boleh dianggap bahwa pemberontakan G-30S/PKI itu patut dimaafkan atau bahkan dilupakan.
Karena peristiwa itu berlangsung tahun 1965 sedangkan sekarang sudah tahun 2016 maka banyak saksi mata yang sudah meninggal dunia sehingga ada saja tokoh- tokoh di Indonesia yang bermaksud tidak memberikan gambaran yang sebenarnya kepada generasi muda.
Karena itu, sampai kini masih ada pengertian yang salah tentang pemberontakan yang didalangi orang-orang komunis itu diantara orang-orang muda sekarang ini.
Sementara itu, tokoh-tokoh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang berperan besar dallam menggulung para pemberontak itu antara lain adalah Jenderal Soeharto, Jenderal Umar Wirahadikusumah serta Jenderal Sarwo Edhie.
Sarwo Edhie yang saat itu menjadi Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat, sebuah satuan elit di lingkungan Angkatan Darat --yang kini namanya menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Angkatan Darat pernah dikutip pernyatannya dalam buku berjudul " Gerakan 30 September yang merupakan" Catatan Julius Pour"-- pernah berujar tentang pengejaran terhadap anggota gerakan wanita Indonesia atau gerwani yang merupakan organisasi di bawah PKI.
"Tembak mereka ...", kata Sarwo Edhie kepada anak buahnya saat mengejar sejumlah anggota gerwani..
Sementara itu Kolonel Yoga Soegomo yang saat itu menjadi Asisten Intelijen Komando Cadangan Strategis AD merasa sangat yakin bahwa pemberontakan itu didalangi oleh PKI termasuk para jenderal terbaik Angkatan Darat.
"Itu pasti perbuatan PKI," kata Yoga yang pada masa Orde Baru menjadi Kepala Pusat Intelijen dan Strategis (Pusintelstrat) Departemen Pertahanan dan Keamanan yang kini berubah namanya menjadi Badan Intelijen dan Strategis(Bais) Markas Besar TNI.
Haruskah dilupakan? Sekalipun pemberontakan G-30 S/PKI telah terjadi 51 tahun yang lalu, bukan berarti masyarakat boleh melupakan peristiwa berdarah. Apalagi tahun 1965 itu bukanlah pemberontakan yang pertama kali dilancarkan para anggota dan simpatisan PKI.
Setelah peristiwa itu, banyak sekali dedengkot atau tokoh PKI yang dibawa ke meja hijau yang pengadilan saat itu diberi nama Mahmilub atau Mahkamah Luar Biasa. Yang diadili itu umumnya adalah para pemimpin partai yang dikelompokkan sebagai tahanan golongan A. Sementara itu, tokoh-tokoh partai komunis yang berada dibawah para pemimpinnya dimasukkan ke dalam golongan B dan banyak dikirim ke Pulau Buru ,Maluku dan disana ditahan karena dianggap berdosa terhadap rakyat Indonesia.
Saat ini partai komunis Indonesia sudah tidak ada lagi karena sudah dibubarkan oleh pemerintah.
Sekalipun sudah dibubarkan dan banyak tokohnya yang sudah meninggal, bukan berarti bahwa ajaran komunis sudah lenyap atau tidak ada lagi di Tanah Air. Baru-baru ini aparat keamanan menemukan penjualan kaos-kaos berlogo gambar palu arit yang merupakan lambang PKI.
Para pedagang kaos-kaos itu merasa "khilaf" dan "tidak tahu" bahwa palu arit adalah lambang partai politik yang puluhan tahun lalu sudah dibubarkan pemerintah.
Memang benar bahwa PKI telah dibubarkan dan banyak sekali tokoh dan simpatisannya pada masa lalu sudah meninggal. Tapi bisa saja ajaran komunis bisa masuk lagi ke Tanah Air, karena masih ada beberapa negara yang secara resmi ataupun tidak resmi masih menggenggam kuat atau menganut ajaran-ajaran komunis, sedangkan pemerintah Indonesia masih memiliki hubungan diplomatik yang resmi dengan negara-negara itu.
Kalau begitu, apakah yang harus dilakukan para pejabat pemerintah terutama yang bertangung jawab di bidang pertahanan dan keamanan untuk mengatasi atau mengantisipasi masuknya ajaran komunis yang dibawa oleh arang-orang asing ataupun warga negara Indonesia sendiri? Sekarang saja, ada orang-orang asing yang masuk ke Tanah Air dengan niat yang buruk sekali misalnya dari Tiongkok untuk bergabung dengan kelompok ekstrim Santoso yang bergerilya di Poso,Sulawesi Tengah.
Belum lagi ada orang-orang Indonesia yang bepergian ke luar negeri misalnya ke Suriah atau Turki untuk bergabung dengan aliran keras ISIS. Kemudian ada juga, segelintir orang Indonesia yang pergi ke Filipina selatan untuk bergabung dengan kelompok "pemberontak".
Sementara itu, para pejabat keamanan jarang sekali berbicara secara terbuka kepada rakyat untuk menceritakan "pengalaman" mereka mencegah masuknya orang-orang asing yang ingin membawa ajaran komunis ke Indonesia ataupun orang Indonesia sendiri yang telah berguru" tentang ajaran komunis di negara lain.
Karena sebagian besar rakyat Indonesia masih bergulat untuk mencari serupiah dua rupiah guna menghidupi dirinya dan keluarganya sehingga tak mau memikirkan ajaran-ajaran terlarang dan sesat itu, maka sama sekali tidak salah jika aparat intelijen dan kepolisian untuk memantau sangat ketat terhadap kemungkinan masuknya orang asing ataupun Indonesia untuk menyebarkan ajaran komunis.
Walaupun semakin banyak orang Indonesia yang menjadi pintar dan agamis maka tugas utama pemerintah adalah tetap terus mencegah masuknya komunisme kesini dan sama sekali tidak membuka pintu peluang masuknya ajaran terlarang itu kesini. (wartasolo)
sumber : http://www.jurnalmuslim.com
0 Response to "Hari ini Adalah Hari Pemberontakan PKI, Telaah: "G-30S/PKI jangan Terulang Lagi!""
Post a Comment