Antisipasi sanksi Amerika
Pesawat generasi kelima KAAN Turkiye (TAI)
Pemerintah Turkiye menegaskan tidak akan bergantung pada mesin buatan Amerika Serikat (AS) untuk jet tempur generasi kelimanya, KAAN.
“Masa depan KAAN sama sekali tidak bergantung pada mesin dari satu negara,” kata Kepala Lembaga Industri Pertahanan Turkiye (SSB), Haluk Gorgun, kepada Anadolu, seperti dikutip EurAsian Times, Selasa (30/9/2025).
Oleh sebab itu, Turkiye memastikan pesawat siluman tersebut akan menggunakan mesin buatan dalam negeri, TF35000, di masa mendatang.
Gorgun menambahkan, pengembangan mesin TF35000—yang dirancang khusus untuk KAAN—terus dipercepat.
Pernyataan ini muncul tak lama setelah Menteri Luar Negeri Turkiye, Hakan Fidan, mengungkapkan bahwa pemerintahnya masih menunggu persetujuan dari Kongres AS untuk pengiriman mesin F110 buatan General Electric bagi batch pertama KAAN.
Hubungan dengan AS masih tegang
Menurut Fidan, izin ekspor tersebut kini “ditangguhkan” dan masih menunggu lampu hijau dari Washington.
Ketidakpastian ini memperpanjang ketegangan antara kedua negara sejak Turkiye dikeluarkan dari program F-35 pada 2019 karena membeli sistem pertahanan udara Rusia S-400.
Tanpa mesin, masa depan KAAN sempat diragukan. Padahal, proyek yang dikembangkan oleh Turkiyesh Aerospace Industries (TAI) ini menjadi simbol kemandirian pertahanan Turkiye dan alternatif domestik untuk pesawat tempur F-35.
Turkiye sebelumnya menargetkan produksi massal KAAN dimulai pada 2028 dan masuk dinas aktif pada 2029. Namun, tanpa kejelasan pasokan mesin, rencana itu sempat terancam.
Awalnya pakai mesin Amerika
Ilustrasi KAAN gen V (Katadata)
Prototipe pertama KAAN berhasil terbang perdana pada Februari 2024, menggunakan mesin F110 buatan AS—mesin yang sama dipakai pada jet F-16.
Meskipun berhasil, hal itu membuat proyek strategis Turkiye kembali tergantung pada komponen penting dari Amerika.
Untuk menghindari risiko embargo di masa depan, Ankara mempercepat produksi mesin TF35000.
Gorgun memastikan seluruh mesin untuk uji prototipe telah diterima, dan Turkiye sudah mengajukan permohonan untuk pengadaan mesin bagi unit produksi tahap awal.
“Jika perlu, pergantian mesin bisa dilakukan untuk batch pertama. Penyesuaian teknis bisa dikelola, dan saya tidak melihat hambatan besar pada jadwal produksi,” kata Gorgun.
“Pada akhirnya, pesawat produksi massal KAAN akan terbang dengan mesin buatan Turkiye,” imbuhnya.
Tetap optimistis meski hadapi tantangan
Gorgun menegaskan, tidak menunda jadwal pengiriman KAAN, karena Turkiye sudah menyiapkan berbagai jalur pasokan alternatif.
“Kami tidak bergantung pada satu sumber saja. Kami memastikan kemajuan berkelanjutan pada peta jalan pengembangan mesin nasional kami,” ujarnya.
Meski demikian, pengembangan mesin jet modern merupakan tantangan teknis besar.
Negara-negara seperti China dan India membutuhkan puluhan tahun untuk menguasai teknologi sejenis.
China baru berhasil menstabilkan mesin WS-15 setelah tiga dekade penelitian, sementara India gagal mencapai spesifikasi yang diinginkan dengan proyek Kaveri.
Ahli penerbangan menilai penguasaan teknologi mesin jet menuntut riset mendalam dalam ilmu material, aerodinamika, dan termodinamika—serta sumber daya yang masif.
Meski demikian, Turkiye tetap teguh mengejar ambisi kemandirian. Gorgun mengatakan, negaranya kini sudah memiliki kemampuan teknologi domestik untuk sistem darat, laut, udara, dan rudal, dan tengah memperluasnya ke sektor mesin jet.
“Sesuai peta jalan mesin turbin gas kami, kami akan terus melangkah menuju kemandirian penuh di bidang mesin jet,” tegasnya.

Pemerintah Turkiye menegaskan tidak akan bergantung pada mesin buatan Amerika Serikat (AS) untuk jet tempur generasi kelimanya, KAAN.
“Masa depan KAAN sama sekali tidak bergantung pada mesin dari satu negara,” kata Kepala Lembaga Industri Pertahanan Turkiye (SSB), Haluk Gorgun, kepada Anadolu, seperti dikutip EurAsian Times, Selasa (30/9/2025).
Oleh sebab itu, Turkiye memastikan pesawat siluman tersebut akan menggunakan mesin buatan dalam negeri, TF35000, di masa mendatang.
Gorgun menambahkan, pengembangan mesin TF35000—yang dirancang khusus untuk KAAN—terus dipercepat.
Pernyataan ini muncul tak lama setelah Menteri Luar Negeri Turkiye, Hakan Fidan, mengungkapkan bahwa pemerintahnya masih menunggu persetujuan dari Kongres AS untuk pengiriman mesin F110 buatan General Electric bagi batch pertama KAAN.
Hubungan dengan AS masih tegang
Menurut Fidan, izin ekspor tersebut kini “ditangguhkan” dan masih menunggu lampu hijau dari Washington.
Ketidakpastian ini memperpanjang ketegangan antara kedua negara sejak Turkiye dikeluarkan dari program F-35 pada 2019 karena membeli sistem pertahanan udara Rusia S-400.
Tanpa mesin, masa depan KAAN sempat diragukan. Padahal, proyek yang dikembangkan oleh Turkiyesh Aerospace Industries (TAI) ini menjadi simbol kemandirian pertahanan Turkiye dan alternatif domestik untuk pesawat tempur F-35.
Turkiye sebelumnya menargetkan produksi massal KAAN dimulai pada 2028 dan masuk dinas aktif pada 2029. Namun, tanpa kejelasan pasokan mesin, rencana itu sempat terancam.
Awalnya pakai mesin Amerika

Prototipe pertama KAAN berhasil terbang perdana pada Februari 2024, menggunakan mesin F110 buatan AS—mesin yang sama dipakai pada jet F-16.
Meskipun berhasil, hal itu membuat proyek strategis Turkiye kembali tergantung pada komponen penting dari Amerika.
Untuk menghindari risiko embargo di masa depan, Ankara mempercepat produksi mesin TF35000.
Gorgun memastikan seluruh mesin untuk uji prototipe telah diterima, dan Turkiye sudah mengajukan permohonan untuk pengadaan mesin bagi unit produksi tahap awal.
“Jika perlu, pergantian mesin bisa dilakukan untuk batch pertama. Penyesuaian teknis bisa dikelola, dan saya tidak melihat hambatan besar pada jadwal produksi,” kata Gorgun.
“Pada akhirnya, pesawat produksi massal KAAN akan terbang dengan mesin buatan Turkiye,” imbuhnya.
Tetap optimistis meski hadapi tantangan
Gorgun menegaskan, tidak menunda jadwal pengiriman KAAN, karena Turkiye sudah menyiapkan berbagai jalur pasokan alternatif.
“Kami tidak bergantung pada satu sumber saja. Kami memastikan kemajuan berkelanjutan pada peta jalan pengembangan mesin nasional kami,” ujarnya.
Meski demikian, pengembangan mesin jet modern merupakan tantangan teknis besar.
Negara-negara seperti China dan India membutuhkan puluhan tahun untuk menguasai teknologi sejenis.
China baru berhasil menstabilkan mesin WS-15 setelah tiga dekade penelitian, sementara India gagal mencapai spesifikasi yang diinginkan dengan proyek Kaveri.
Ahli penerbangan menilai penguasaan teknologi mesin jet menuntut riset mendalam dalam ilmu material, aerodinamika, dan termodinamika—serta sumber daya yang masif.
Meski demikian, Turkiye tetap teguh mengejar ambisi kemandirian. Gorgun mengatakan, negaranya kini sudah memiliki kemampuan teknologi domestik untuk sistem darat, laut, udara, dan rudal, dan tengah memperluasnya ke sektor mesin jet.
“Sesuai peta jalan mesin turbin gas kami, kami akan terus melangkah menuju kemandirian penuh di bidang mesin jet,” tegasnya.
✈ Kompas
sumber : https://garudamiliter.blogspot.com/
0 Response to "Turkiye Kebut Produksi Mesin Dalam Negeri"
Post a Comment