illustrasi |
Bangsa Arab adalah penduduk asli jazirah Arab. termasuk rumpun bangsa Semit, yaitu keturunan Sam ibn Nuh, serumpun dengan bangsa Babilonia, Kaldea, Asyria, Ibrani, Phunisia, Aram dan Habsyi. Bangsa Arablah rumpun Semit yang sampai sekarang masih bcrtahan, sedangkan sebagian besar yang Iain sudah lenyap dan tidak dikenal lagi.
Pada umumnya para ahli sejarah membedakan bangsa Arab menjadi dua golongan yaitu Suku bangsa Arab Baidah dan Suku bangsa Arab Baqiyah.
Suku Bangsa Arab Baidah.
Suku bangsa Arab baidah ini telah ada jauh sebelum Islam lahir, sejarah keberadaannnya sangat sedikit diketahui, selama ini cerita tentang keberadannya diketahui dari kitab-kitab samawi, terutama kitab Al Qur-an dan syair Jahili. Seperti cerita tentang kaum ‘Ad dan kaum Tsamud yang tersohor atas kemurkaannya.
Menurut suatu keterangan, bangsa Arab baidah ini mendiami daerah Babylon, yaitu kelompok suku bangsa Assyria, Akkadia dan lain lain. Yaitu suku yang pertama kali melakukan perjalanan meninggalkan Arabia. Seperti yang penulis bahas sebelumnya. Dan mereka inilah yang diduga merupakan keturunan bangsa Semit yang asli, yaitu yang antara lain : menurunkah bangsa Samud, Tasm, Amaliqah (amoriah) dan Jadis.
Bangsa Arab Baqiyah.
Bangsa Arab Baqiyah ini juga dibedakan menjadi dua bagian yaitu Bangsa Arab Aribah atau Arab Qahtaniyah dan Arab Musta’rabah (Muta’arribah). Arab aribah adalah keturunan dari qahtan yang dalam kitab Taurat disebut Yaqzan dan mereka mendiami wilayah Yaman. Kelompok suku ini terpecah menjadi antara lain : suku Jurhum, kahlan dan Nihyar. dinamakan pula Qahthaniya!i dinisbahkan kepada Qahthan moyang mereka, atau Yamaniyah dinisbahkan kepada Yaman tempat asal persebaran mereka. Bangsa Arab meyakini, bahwa dari bahasa Qahthan inilah asal bahasa mereka. Adapun Arab Musta'ribah adalah keturunan Ismail a.s. ibn Ibrahim a.s. Oleh karena itu, mereka dinamakan pula Ismailiyah. Mereka disebut Musta'ribah, karena Ismail sendiri bukan keturunan Arab. Ia keturunan lbrani yang lahir dan dibesarkan di Mekah yang pada waktu itu berada di basyrah kekuasaan kabilah Jurhum dari Yamar.
Arab Musta’ribah atau Mutaarribah yang keturunan ini di klaim sebagai keturunan nabi Ismail, dan sampai menjelang saat ini mereka mendiami wilayah hijaz. Dipercaya dari suku bangsa Arab Musta’ribah atau Mutaarribah inilah konon dilahirkan para nabi termasuk nami Muhammad SAW.
Dari segi pemukimannya, bangsa Arab dapat dibedakan atas ahl al¬badwi dan ahl al-badlai. Kaum Badwi adalah penduduk padang pasir. Mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap, tctapi hidup secara nomaden, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari sumber mata air dan padang rumput. Mata penghidupan mereka adalah beternak kambing, biri-biri, kuda dan unta. Kehidupan masyarakat Badwi yang nomaden tidak banyak memberi peluang kepada mereka untuk membangun peradaban. Oleh karena itu, sejarah mereka tidak diketahui dengan tepat dan jelas.
al-hadlar ialah penduduk yang sudah bertempat tinggal tetap di kota-kota atau daerah-daerah pemukimun yang subur. Mereka hidup dari berdagang, bercocok tanam dan industri. Berbeda dengan masyarakat Badwi, mereka memiliki peluang yang besar untuk membangun peradaban, scbagaimana yang dilakukan oleh penduduk Yaman di selatan dan penduduk kota-kota lain di bagian utara semenanjung ini. Oleh karena itu, sejarah mereka bisa diketahui lebih jelas dibanding dengan kaum Badwi.
Namun secara demografis daerah dimana bangsa arab masa lalu tinggal pada tiga wilayah yang berbeda, yaitu :
1. Arab Petrix yang disebut juga arab Petrea, suatu wilayah yang terletak di sebelah barat daya gurun Syria dengan petra sebagai ibukotanya.
2. Arab Desert atau dikenal dengan arab Syria, kemudian nama ini dikonotasikan pada seluruh jazirah Arab karena kondisi tanahnya terdiri dari gurun pasir yang sangat gersang.
3. Arab Felix atau wilayah hijau yang berbahagia yakni wilayah Yaman dimana pada masa yang lalu telah muncul peradaban yang maju seperti Saba’ dan Ma’in. (Hasan Ibrahim Hasan, 1964 : 1).
Dalam struktur masyarakar Arab terdapat kabilah sebagai intinya. la adalah organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan antara anggota anggotanya terikat oleh pcrtalian darah (nasab). Akan tetapi, adakalanya hubungan seseorang dengan kabilahnya disebabkan oleh ikatan perkawinan, suaka politik atau karena sumpah setia. Kabilah dalam masyarakat Badwi, di samping merupakan ikatan keluarga juga merupakan ikatan politik. Sebuah kabilah dipimpin oleh seorang kepala yang disebut syaikh al ¬qabilah, yang biasanya dipilih dari salah scorang anggota yang usianya paling tua. Solidaritas kesukuan atau asyabiyah qabaliyah dalam kehidupan masyarakat Arab sebelum Islam terkenal amat kuat. Hal ini diwujudkan dalam bentuk proteksi kabilah atas seluruh anggota kabilahnya. Kesalahan seorang anggota kabilah terhadap kabilah lain menjadi tanggung jawab kabilahnya sehingga ancaman terhadap salah seorang anggota berarti ancaman terhadap kabilah yang bcrsangkutan. Oleh karena itu, perselisihan perorangan hampir selalu menimbulkan konflik antar kabilah yang acapkali melahirkan peperangan yang berlangsung lama.
Masa sebelum lahir Islam disebut zaman jahiliah. Zaman ini terbagi atas dua periode, yaitu jahiliah pertama dan jahiliah kedua. Jahiliah pertama meliputi masa yang sangat panjang, tetapi tidak banyak yang bisa diketahui hal ihwalnya dan sudah lenyap sebagian besar masyarakat pendukungnya. Adapun jahiliah kedua sejarahnya bisa diketahui agak jelas. zaman jahiliah kedua ini berlangsung kira-kira 150 tahun sebelum Islam lahir. Kata jahiliah berasal dari kata jahl, tetapi yang dimaksud di sini bukan jahl lawan dari ilm, melainkan lawan dari hilm. Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah mencapai tingkat kemajuan yang pesat. Akan tetapi, karena kemorosotan moral melanda mereka, maka label jahiliah diberikan kepada mereka. Syair-syair Arab Jahili amat kaya dengan informasi yang berkaitan dengan peradaban mereka itu. Tentu saja al-qur'an merupakan sumber yang paling bisa dipercaya mengenai moral bangsa Arab menjelang dan pada saat da'wah Islam mulai diserukan.
Kegemaran penduduk daerah ini yang luarbiasa ialah minum nabidh (minuman keras). Dalam keadaan mabuk itu mereka menemukan suatu kenikmatan yang tak ada taranya, Suatu kenikmatan yang akan memudahkan mereka melampiaskan hawa nafsu, akan menjadikan dayang-dayang dan budak-budak belian yang diperjual-belikan sebagai barang dagangan itu lebih memikat hati mereka. Yang demikian ini mendorong semangat mereka mempertahankan kebebasan pribadi dan kebebasan kota mereka serta kesadaran mempertahankan kemerdekaan dan menangkis segala serangan yang mungkin datang dari musuh. Yang paling enak bagi mereka bersenang-senang waktu malam sambil minum-minum hanyalah di pusat kota sekeliling bangunan Ka'bah.
Digambarkannya beberapa macam adat-istiadat orang Arab, kepercayaan serta cara-cara mereka melakukan upacara kepercayaan itu. Hal ini menunjukkan sekaligus betapa mulianya kedudukan Mekah dengan Rumah sucinya itu di tengah-tengah tanah Arab. At-Tabari menceritakan - sehubungan dengan kisah penebusan ini - bahwa pernah ada seorang wanita Islam bernadar bahwa bila maksudnya terlaksana dalam melakukan sesuatu, ia akan menyembelih anaknya. Ternyata kemudian maksudnya terkabul. Ia pergi kepada Abdullah bin Umar. Orang ini tidak memberikan pendapat. Kemudian ia pergi kepada Abdullah bin Abbas yang ternyata memberikan fatwa supaya ia menyembelih seratus ekor unta, seperti halnya dengan penebusan Abdullah anak Abdil-Muttalib. Tetapi Marwan - penguasa Medinah ketika itu - merasa heran sekali setelah mengetahui hal itu. "Nadar tidak berlaku dalam suatu perbuatan dosa," katanya.
Diambil dari Ebook Sejarah Administrasi Dan Kontribusinya Terhadap Peradaban Islam oleh Ikrom Abualiff
sumber : http://www.jurnalmuslim.com
0 Response to "Kondisi Demografis Jazirah Arab Sebelum Islam"
Post a Comment