Sargon II (730 – 705 SM) adalah seorang Tiran. Pada tahun 722 SM Sargon II berhasil menaklukkan bangsa Samaria, ibukota kerajaan Israel dan berhasil menahan para pembesar dari sepuluh suku bangsa Israel. Peristiwa penahanan suku bangsa Israel ini pada akhirnya dikenal dengan “The lost tenth of clan” ( Sepuluh Suku yang hilang). Karena keberadaan sepuluh pembesar suku pasca penahanan tersebut tidak pernah diketahui nasibnya lagi.
illustrasi |
Raja Sargon II (abad ke-8 SM) yang mengalahkan kaum ini dalam sebuah pertempuran di Arabia Selatan. Bangsa Yunani juga menyebut kaum ini sebagai bangsa “Tamudaei”, yang dalam sejarah Islam dikenal dengan, “Kaum Tsamud” dalam tulisan Aristoteles, Ptolemeus, dan Pliny Sebelum zaman Nabi Muhammad SAW, sekitar tahun 400-600 SM (Harun Yahya, 1980 : 62).
Sennacherib putra Sargon II, adalah raja penakluk yang ulung, ia berhasil menaklukkan Babylonia, menguasai Mesir dan Syria, dan pada puncak kejayaannya Assyria dipimpin oleh Ashurbanibal (668 – 626 SM), hampir seluruh wilayah Asia barat tunduk pada kekuasaannya, hingga kematian Ashurbanibal 626 SM. Kerajaan Assyria menurun secara drastis dan pada tahun 612 SM. Niveah sebagai ibukota kerajaan Assyria ditaklukkan oleh Aryan Medes dari Persia. Dengan penyerbuan ini berakhirlah tirani Assyria.
Peradaban bangsa Assyria banyak terpengaruh oleh peradaban bangsa Babylonia, namun bangsa Assyria mempunyai kebudayaan asli yang senantiasa dikembangkan yaitu bidang seni pahat, arsitektur dan seni lukis. Bangsa Assyria mampu mengakulturasikan beberapa kebudayaan negeri taklukannya dengan budaya bangsa Assyria sendiri serta dengan didukung dominasi kemajuan peradaban Babylonia yang sangat terkenal itu, sehingga bangsa Assyria membawa semua unsur budaya tersebut ke ibukota Niveneh. karena keindahan dan sumber referensi kebudayaan saat itu, kota Niveneh menjadikan kota ini dijuluki “ Niveneh The Sun City”.
Sebagian besar raja-raja Assyria adalah seorang intelektual yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, disamping mereka merampas harta kekajaan negeri-negeri taklukannya, mengadopsi kebudayaannya mereka juga merampas segala kepustakaan yang ada dan diboyong ke Niveneh The Sun City. Hal ini terbukti ketika Ashurbanibal berkuasa, ia membangun perpustakaan secara kolosal sehingga lengkap dan layaklah ibukotanya disebut Niveneh The Sun City. Perpustakaan inilah yang pada akhirnya dipandang sebagai satu-satunya peninggalan bangsa Assyria yang terpenting (Prof. K. Ali, 2000 :6).
Bangsa Assyria sering kali di pandang sebagai “The Rome of Asia” (Romawinya negara-negara Asia). Layaknya kerajaan Romawi yang merampas peradaban Yunani, kerajaan Assyria juga merampas dengan mengambil alih peradaban yang dimiliki negeri Babylonia dan mengembangkannya menjadi peradaban baru, dan kemudian menyebarkannya ke seluruh penjuru negeri taklukannya, kerajaan Assyria juga memperkenalkan serta mengaplikasikan sistem sentralisasi Administrasi Pemerintahan (Public Administration), dimana wilayah Propinsi di kuasakan oleh kepala wilayah yang bergelar Gubernur yang bertanggung jawab secara langsung kepada raja di ibukota Niveneh The Sun City. Disamping itu untuk mempermudah distribusi baik barang maupun memperlancar jalannya sistem administrasi pemerintahan yang di terapkan tersebut termasuk sistim distribusi pajak yang dipungut, bangsa Assyria juga membangun segala fasilitas infrasrtuktur yang ada sebagai sarana pendukung.
Diambil dari Ebook Sejarah Administrasi Dan Kontribusinya Terhadap Peradaban Islam oleh Ikrom Abualiff
sumber : http://www.jurnalmuslim.com
0 Response to "Sejarah Bangsa Assyria (Mesopotamia Utara) dan Kemajuan Peradabannya"
Post a Comment