KRI Pulau Fanildo-732 Pimpin Operasi SAR Korban KMP Tunu Jaya Pratama

⚓  Bawa side scan sonar (SSS) ke Titik Laka KRI Pulau Fanildo-732, Kapal pemburu ranjau TNI AL (DispenaI)

Operasi pencarian dan penyelamatan korban KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali telah memasuki hari ketujuh pada Selasa (8/7/2025).

Berbagai komponen dikerahkan untuk mendukung pencarian, termasuk unit pencarian dan penyelamatan (SRU) darat, SRU laut, dan SRU udara.

Salah satu unsur yang mendukung SRU laut adalah KRI Pulau Fanildo 732.

Kompas.com berkesempatan bergabung dengan tim pencarian KRI Fanildo yang menuju titik lokasi kecelakaan KMP Tunu Pratama Jaya dengan membawa alat deteksi bawah air, side scan sonar (SSS).

Alat ini memiliki panjang sekitar 10 meter dan berperan penting dalam pencarian.

Perjalanan menuju area tengah Selat Bali untuk membawa SSS pun penuh perjuangan.

"Kami ke area lokasi kecelakaan pertama kali KMP Tunu Pratama Jaya dengan radius 4 NM dari daratan," ujar Komandan Gugus Tempur Laut Koarmada II, Laksma TNI Endra Hartono.

Perjalanan dimulai dengan mendatangi lokasi KRI Fanildo yang bersandar di Dermaga Pusri, Kecamatan Kalipuro, berjarak sekitar 1,8 kilometer dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi.

Jarak tersebut dapat ditempuh hanya dalam waktu enam menit menggunakan kendaraan roda dua.

Sesampainya di dermaga, kapal sepanjang 61,4 meter itu terlihat gagah dengan latar belakang laut dan langit Selat Bali yang cerah.

Di geladak kapal perang jenis penyapu ranjau tersebut, terlihat kesibukan personel TNI AL yang bersiap berangkat ke titik referensi nomor 7 dan nomor 4.

Kapal berangkat pada pukul 14.00 WIB dan melaju dengan tenang.

Namun, kurang dari sepuluh menit setelah bertolak dari Dermaga Pusri, kapal mulai menghadapi gelombang tinggi.

Buih-buih putih pecahan gelombang tampak di sekeliling kapal, tetapi kapal tetap melaju dengan gagah.

Personel TNI AL meninjau proses scaning bawah air dari KRI Fanildo dalam upaya mencari titik tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. (KOMPAS.COM/FITRI ANGGIAWATI)

Para personel TNI AL tetap tenang sambil memantau pendeteksian dan mempersiapkan penurunan SSS dengan cekatan.

"Side scan sonar ini untuk memetakan dasar laut dan mendeteksi objek di bawah air," ujar Endra.

Setelah SSS berhasil diturunkan, kapal mulai melakukan pendeteksian dan beberapa kali melakukan manuver sesuai tujuan mereka.

Namun, manuver tersebut tidaklah mudah karena gelombang tinggi menerjang kapal, menyebabkan air menyembur ke geladak.

Beruntung, para personel TNI AL telah memasang tenda anti-air sehingga peralatan deteksi mereka tetap aman dari cipratan air laut.

Gelombang yang kuat tidak hanya membuat air menyiprat ke geladak, tetapi juga mengakibatkan kapal terombang-ambing.

Momen ini menciptakan ketegangan bagi orang awam, sementara para personel TNI AL tampak santai.

"Ombak dan arus lumayan kencang, kira-kira tinggi gelombang 3,5 meter," ujar Endra.

Sebelumnya, BMKG telah memperingatkan potensi gelombang tinggi yang ternyata benar-benar dihadapi oleh tim SAR gabungan.

Endra menjelaskan bahwa kuatnya arus dan tingginya gelombang sedikit mengganggu proses pemindaian bawah air yang dilakukan oleh KRI Fanildo.

Proses pemindaian ke utara berjalan baik, namun pemindaian ke arah selatan menemui hambatan.

"Kami bolak-balik untuk mendapatkan hasil terbaik, pemindaian hampir 2 jam di sekitar titik LKK," tambahnya.

Setelah proses pemindaian selesai, kapal mulai merapat kembali ke Dermaga Pusri sekitar pukul 17.10 WIB.

Hasil pemindaian kemudian disampaikan kepada pihak-pihak terkait seperti Basarnas.

Endra menekankan bahwa hasil pemindaian bawah air tersebut untuk memperkuat hasil yang sebelumnya telah diperoleh terkait objek yang diduga KMP Tunu Pratama Jaya.

KRI Spica juga akan memperkuat pemindaian bawah air dengan peralatan yang sama namun dengan kualitas yang lebih baik.

"Diharapkan dengan adanya tambahan alat, hasil akan lebih maksimal," tandasnya.
 

  💂 Kompas  


sumber : https://garudamiliter.blogspot.com/

0 Response to "KRI Pulau Fanildo-732 Pimpin Operasi SAR Korban KMP Tunu Jaya Pratama"

Post a Comment