[Global] Dilema Jet Tempur Malaysia

Pilih Generasi Keempat atau Kelima ? https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvY2VQJdvTEFOvacbp_xftc_jl4HEnVfng-RC4gpdHPsUPB7q2DyOCmiojUT0NvPwl1vXdkuPDqWG2tGtYRND7lY5PKkHm6yuHB9mY0_HtBal1hrg8cVasdGkBDuzwgJttEgYLErKjMJdf_ipAVv5wqYUcnHiLTefcMJ7Bt3IRCKQ8OcPV670YODptF7Bw/s3000/316167.jpgPesawat generasi kelima KAAN Turkiye (AA)

Kecelakaan jet tempur F/A-18 Hornet milik Angkatan Udara Malaysia (RMAF) di Kuantan pada 21 Agustus lalu menyingkap persoalan besar yang dihadapi Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (RMAF).

Armada jet tempur utama Malaysia yang terdiri dari pesawat buatan Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia kini menua, dan harus diganti dalam waktu kurang dari dua dekade.

Namun, menurut laporan CNA, Sabtu (27/9/2025), pilihan Malaysia sangat terbatas. Selain dana pertahanan yang ketat, setiap opsi pembelian pesawat membawa risiko politik maupun teknis.

  Armada menua, anggaran terbatasi 
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2b/Sukhoi_Design_Bureau%2C_054%2C_Sukhoi_Su-57_%2849581303977%29.jpg
Pesawat Gen V Rusia, SU 57 Felon menjadi pilihan Malaysia, setelah opsi F35. (wikimedia)
Saat ini, RMAF mengoperasikan tujuh jet F/A-18 Hornet buatan AS (dikirim 1997), 18 jet Su-30MKM Flanker buatan Rusia (dikirim 2009), serta 18 pesawat Hawk buatan Inggris (dikirim 1995). Seluruhnya dijadwalkan pensiun pada 2040.

Rencana pembelian 30 jet Hornet bekas dari Kuwait sejatinya dimaksudkan sebagai solusi sementara. Namun setelah insiden Kuantan, masa depan rencana itu semakin meragukan.

Sebelumnya, kontrak senilai 44 juta dollar AS (sekitar Rp 733 miliar) untuk menyewa empat helikopter Black Hawk buatan AS juga dibatalkan setelah mendapat kritik keras dari Raja Malaysia, Sultan Ibrahim Sultan Iskandar, yang menyebut helikopter berusia 30 tahun itu sebagai “peti mati terbang”.

  Dihadapkan pada pilihan sulit  
https://armyrecognition.com/templates/yootheme/cache/ff/Is_the_UAE_preparing_to_purchase_the_South_Korean_KF-21_Boramae_fighter_jet_for_its_Air_Force_925_002-ffc6ddd5.jpeg
KF21 menjadi pilihan lain. (Army Recognition)
Kini pemerintah Malaysia harus segera menentukan arah modernisasi armada tempurnya.

Menurut Menteri Pertahanan Mohamed Khaled Nordin, pemerintah menargetkan RMAF memiliki jet tempur generasi kelima pada 2040.

Masalahnya, pilihannya terbatas. Malaysia bisa mengikuti jejak Thailand dan Filipina yang memilih jet generasi keempat (non-siluman) dengan harga lebih terjangkau, atau melirik jet siluman generasi kelima seperti yang telah diputuskan Singapura dan Indonesia.

Pesawat F-35 Lightning II buatan AS sejatinya menjadi pilihan paling terbukti. Namun, harganya selangit dan berisiko secara politik karena hubungan erat Washington dengan Israel, yang telah menuai kritik tajam dari Perdana Menteri Anwar Ibrahim terkait invasi Gaza.

Opsi lain datang dari China. Meski Chengdu J-20 tidak dijual, Beijing menawarkan Shenyang J-35. Akan tetapi, hubungan Malaysia dan China yang memanas akibat sengketa Laut China Selatan membuat opsi ini hampir mustahil.

Sementara itu, Rusia tengah mendorong ekspor jet siluman Su-57 Felon. Namun, catatan produksinya masih bermasalah—hanya dua lusin unit yang berhasil dibuat sejak 2020.

Sanksi Barat juga memperparah keterbatasan teknologi Rusia. Selain itu, pengalaman buruk Malaysia dengan jet MiG-29 yang dipensiunkan lebih cepat serta ketergantungan pada India untuk perawatan Su-30MKM membuat reputasi pesawat Rusia di Kuala Lumpur kurang meyakinkan.

Kondisi ini membuat Malaysia berada pada persimpangan jalan: memilih jalan aman dengan jet generasi keempat yang lebih murah, atau berani melompat ke generasi kelima meski mahal dan penuh risiko politik.

  Kompas 


sumber : https://garudamiliter.blogspot.com/

0 Response to "[Global] Dilema Jet Tempur Malaysia"

Post a Comment