Menyiapkan Generasi Keluarga Ibrahim dan Ismail

Jurnalmuslim.com - Bertempat di Masjid Aqshal Madinah, pada Ahad 21 Agustus, dihadapan ratusan jamaah dan aktivis Hidayatullah Surabaya, dalam acara Halaqoh Usroh yang diadakan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Hidayatullah Surabaya, Ust. Mohamad Nur Fuad, MA, memberikan pencerahan kepada para jamaah dengan judul Menyiapkan Generasi Ibrahim dan Ismail berdasarkan surat Ibrahim ayat 35 - 41.

" Ada beberapa hal yang saya anggap penting dan harus kita pahami dalam memaknai Iedul Qurban yang sebentar lagi akan kita laksanakan, yaitu bagaimana mencontoh keluarga nabiullah Ibrahim alaihissalam". Ucapnya.

Foto by: Syamsul Alam

Pertama, Hijrah.

Nabiullah Ibrahim as melakukan hijrah dsari tanah Palestina menuju Mekah dan menempatkan keluarganya Siti Hajar dan anaknya yang masih bayi dalam rangka membangun sebuah keluarga yang diridhai-Nya.

Membangun sebuah keluarga yang beriman memang penuh tantangan. Mengambil keputusan untuk hijrah hanya kepada Allah swt tanpa ada niat lainnya. Hijrah dengan target hidup yang lebih berkualitas.

Hijrah adalah berani mengambil sebuah keputusan melangkah maju menuju sebuah kondisi yang terkadang tidak menyenangkan asalkan iman tetap terjaga dalam sanubari.

Hijrah adalah menatap sebuah masa depan yang dicita-citakan, yaitu menggapai ridha dan cinta Allah azza wa jalla. Cinta dan ridho darinya dapat dirasakan dengan bergabung dilingkungan yang positif  ". Terangnya.

Hijrah untuk bergabung ke sebuah lingkungan yang lebih baik. Lingkungan yang dapat menyelamatkan aqidah  dan iman. Saat ini, keberadaan lingkungan yang mendukung iman  sangat dibutuhkan.

Apalagi dengan melihat kondisi saat seperti ini, sebuah kondisi yang sangat rawan mengancam iman dalam diri, keluarga dan generasi pelanjut". Tegasnya

Kedua, Berdoa. Menjadikan negeri aman dan nyaman.
Negeri aman dan nyaman adalah dambaan kita semua.
Iman atau ruhani pun dapat bersemai apabila kondisi baik.

Ketiga, Berdoa. Menancapkan tauhid pada diri dan keluarga dan menjauhkan dari syirik.

Kita harus berupaya menancapkan dalam diri dan keluarga tentang pentingnya tauhid dalam menjalani kehidupan.

Hidup tidak akan pernah damai dan tenteram tanpa naungan ridho-Nya. Selain berusaha menggapai karunia dari-Nya,  kita pun berupaya berlindung dari kesyirikan.

Karena kesyirikan menjerumuskan kita pada hal-hal yang dimurkai-Nya.

Apalagi kesyirikan sekarang ini sangat menarik perhatian. Pesonanya semakin memikat karena berkolaborasi dengan teknologi canggih dan modern.

Bentuk atau formulasi kesyirikan sudah menjamah masyarakat dunia saat ini. Semakin sulit membedakan antara yang murni tauhid dan berbau kesyirikan". Terangnya.

Kepala Departemen Pembinaan Anggota Pusat ini  menambahkan, keempat, adalah membangun lingkungan keluarga yang bernuansa pengkaderan dan kemasjidan yang kondusif.

Membangun keluarga atau keturunan yang senantiasa bergantung kepada Allah ta'ala perlu diupayakan terus menerus.

Mendesain keluarga atau keturunan yang hatinya selalu dekat dengan sang pencipta harus dilakukan tanpa henti dan bosan.

Untuk memelihara hati tersebut dibutuhkan kondisi dan tempat, maka masjidlah yang menjadi solusi jitu sebagai tempat terbaik dalam merealisasikan.

Masjid adalah central tempat mengasah dan memompa ruhani agar semakin baik. Tanpa membiasakan anak-anak, putra-putri kita dekat dengan aura masjid, mustahil bisa terealisasi.

Kelima, menegakkan shalat yang khusyu' agar mencapai kesuksesan.

Penting bagi orang tua, untuk senantiasa mengontrol shalat putra-putrinya. Bahkan sangat perlu bertanya kepada anak kita yang sudah menginjak remaja, sudahkah engkau paham arti dan makna shalat yang engkau lakukan setiap hari itu?. Jelasnya.

Keenam, Meningkatkan silaturrahmi dan memperluas rezeki.

Silaturrahmi jangan disepelekan. Ada banyak manfaat yang terkandung di dalamnya.

Selain mengeratkan ukhuwah atau persaudaraan, silaturrami pun dapat memudahkan dan melancarkan rezeki.

Karena terkadang pertemuan dan pembicaraan kita dengan orang yang ditempati silaturrahim justru menjadi pintu rezeki kita.

Ketujuh, Membangun sikap Muraqabah/self kontrol.

Selalu merasa diawasi atau berada dalam pengontrolan-Nya sangatlah baik dalam menjalani kehidupan. Karena merasa dikontrol maka tindak dan perilaku kita semakin baik pula.

Kedelapan, Mohon ampun untuk diri, orang tua, dan sesama mukmin.

Sangat penting bagi kita untuk membiasakan diri mendoakan orang lain.

Menolong orang lain dengan cara mendoakan sangatlah baik. Meskipun kelihatan mudah dan kecil, tetapi sangatlah sulit bagi orang yang belum terbiasa.

Mengapa demikian,  karena kondisi lingkungan sekarang justru terbiasa menyoroti kekurangan orang lain dibanding kebaikannya.

Maka dampaknya kita pun sulit melihat kebaikan orang apatalagi mendoakan kebaikan.

Maka kita harus membiasakan diri mendoakan orang lain, meskipun dengan ucapan yang sederhana seperti "semoga Allah swt melancarkan dan memudahkan urusanmu saudaraku, semoga Allah melapangkan rezekimu sahabatku dan sebagainya." Tutupnya.

*/Syamsul Alam Jaga, Wakil Ketua PENA JATIM

(nisyi.jurnalmuslim.com)

Foto by: Syamsul Alam



sumber : http://www.jurnalmuslim.com

0 Response to "Menyiapkan Generasi Keluarga Ibrahim dan Ismail"

Post a Comment