Perang Harga Minyak Dunia

Jurnaluslim.com - Tak ada habisnya bercerita tentang Saudi Arabia, kerajaan Islam yang ketempatan dua masjid termulia. Kiblat shalat muslim sedunia sekaligus pangkalan penyebaran dakwah tauhid ke seluruh permukaan bumi.

Tak hanya kaya dengan aset reliji, Saudi juga betul-betul kaya secara duniawi. Sejak ditemukan minyak di perut buminya, orang Saudi berubah dari Badui gurun menjadi masyarakat terkaya di dunia.

Pemimpin Libya yang terguling dan terbunuh dengan tragis, Kolonel Muammar Gaddafi pernah berkata, "Kerajaan Saudi adalah keluarga kaya raya yang bersembunyi di balik tembok tinggi, selalu takut para tetangganya akan datang dan mencuri kekayaan mereka."

Gaddafi benar. Tetangga yang paling dengki sekaligus ditakuti Saudi adalah Iran, disusul Mesir, Turki dan, lebih jauh, Israel. Irak pernah juga masuk dalam daftar itu sebelum ia dihancurkan oleh Amerika pada tahun 2003.

Faktor ketakutan Saudi ini perlu diperhitungkan untuk memahami perang minyak yang kini mengguncang ekonomi dunia sampai ke dasarnya. Diawali tahun 2014 lalu, harga minyak dunia terus merosot jatuh. Hal itu terutama karena ulah pemerintah Saudi Arabia.

Keluarga Kerajaan Saudi memutuskan untuk membunuh dua burung dengan satu lemparan batu. Keduanya adalah Iran dan produsen shale oil dari Amerika yang sedang marak. Caranya dengan melakukan perang harga sampai pesaing bangkrut. Saudi Arabia adalah satu dari produsen minyak berbiaya terrendah di dunia. Saudi juga berharap bisa menghukum Rusia karena mendukung pemerintah Assad di Suriah.

Shale oil bisa menjadi salah satu sumber energi yang paling penting pada tahun-tahun mendatang karena jumlah cadangannya masih sangat melimpah di bumi ini, misalnya di Amerika diperkirakan mampu memproduksi 1,5 sampai 1.8 triliun barrel. Jumlah ini tiga kali lebih besar daripada cadangan minyak Saudi Arabia dan jumlah ini dapat mencukupi kebutuhan minyak Amerika selama 400 tahun.

illustrasi
Mulai tahun 2015, Amerika Serikat sudah menemukan teknologi untuk memproduksi shale oil mereka sehingga mereka tidak tergantung lagi dengan Saudi Arabia untuk mencukupi kebutuhan energi mereka. Apakah sebenarnya shale oil?

Shale oil adalah hidrokarbon yang berasal dari sejenis batuan sedimen (biasanya mudstone atau siltstone) yang kaya kerogen. Shale oil seringkali disebut dengan batu yang bisa terbakar seperti halnya batu bara. Hidrokarbon yang terkandung di dalam shale oil ini berbentuk padat sehingga tidak bisa langsung diekstrak seperti minyak mentah konvensional.

Shale oil harus ditambang, dipanaskan, dan diolah lagi. Itulah sebabnya shale oil ini harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan minyak konvensional. Selain Itu, shale oil ini juga dapat di-refinery menjadi solar, bensin dan Liquified Petroleum Gas (LPG). Inilah salah satu pemicu Saudi menabuh genderang perang harga minyak.

Harga Anjlok

Akibat perang harga Saudi Arabia harga minyak yang dulu mahal hingga disebut “emas hitam" anjlok menjadi sekitar 32 dolar perbarrel dari 105 dolar di tahun lalu. Produsen Teluk lainnya ikut-ikutan Saudi memangkas harga. Dunia bergeser dari mengalami panik akibat kekurangan minyak menjadi kebanjiran minyak.

Sejauh ini perang minyak Saudi menghancurkan baik produsen shale oil maupun reguler AS. Produsen utama lainnya seperti Rusia, Iran, Aljazair, Malaysia, Kazakhstan dan Indonesia juga rusak parah namun masih bertahan. Perang minyak menimbulkan kerusakan serius ekonomi Uni Eropa. Jepang yang seharusnya mendapat angin segar dengan minyak murah juga mengalami kemunduran industrial, tengok saja penjualan terpaksa Sharp Electronics kepada Foxconn dari Cina.

Minyak sangat berpengaruh terhadap pasar saham Amerika Utara. Harga minyak yang murah mungkin menolong buat beberapa industri seperti penerbangan, namun hal itu menimbulkan resesi dunia.

Upaya dari OPEC dan produsen minyak lainnya untuk mengurangi produksi minyak guna menguatkan harga sejauh ini gagal. Negara-negara eksportir takut pengurangan ekspor akan membuat pasar mereka dicaplok pesaing. Sementara Saudi dan negara-negara Teluk tetap menolak pengurangan produksi.

Kini, para produsen minyak Teluk sangat khawatir bahwa Iran, yang sudah dibebaskan dari sanksi ekonomi AS akan segera mengekspor 500.000 barrel minyak perhari. Produksi minyak Iran akhirnya kembali pada level seperti sebelum sanksi AS. Harga minyak akan anjlok lebih jauh kecuali ada kesepakatan untuk mengendalikannya.

Tetapi sikap keras Saudi Arabia kepada Iran membuatnya enggan membuat kesepakatan yang bisa membantu pertumbuhan ekonomi dan militer Teheran. Barat juga tak berdaya menekan Saudi karena terlalu banyak politisi Amerika dan Inggris yang masuk dalam daftar gaji Saudi. Begitu juga terlalu banyak produsen senjata Inggris dan Amerika yang tergantung bisnisnya pada Saudi.

Pengaruhi Jihad

Lalu akankah perang harga minyak pada mempengaruhi semarak jihad di Timur Tengah? Perlu diingat bahwa jihad Suriah mendapatkan momentumnya setelah Presiden Bashar Assad menolak rencana pipa gas alam Arab yang menghubungkan Mesir, melalui Homs dan Turki menuju Eropa yang haus energi.

Assad lebih menyukai rencana Iran yang akan membangun pipa serupa dari Iran, melalui Irak dan Suriah. Rusia yang saat ini menjadi penyuplai terbesar gas alam Eropa juga mendukung. Rusia lebih bisa bekerjasama dengan Iran, Irak dan Suriah daripada negara Arab lainnya.

Inilah yang menjelaskan peta negara-negara di atas dalam konstelasi konflik di Suriah yang masih berlarut-larut hingga sekarang. Ini juga yang menjelaskan mengapa cepat sekali front jihad terbuka di sana tanpa mujahidin bersusah-payah.

Minyak yang dieksploitasi dari kawasan yang dikuasai ISIS juga menjadi salah satu faktor utama pesatnya perkembangan kekuatan mereka di Irak dan Suriah. Tiada perang yang tak perlu biaya besar, sementara minyak adalah produk yang dicari di seluruh dunia yang haus energi.

Tentu saja mujahidin terus akan membela Muslim yang terzhalimi di manapun tanpa mempedulikan apa pengaruh harga minyak dan jalur pipa gas. Namun selain sisi ideologis, perkembangan politik dan ekonomi kawasan juga sangat mempengaruhi peluang terbukanya suatu ladang jihad. (Ibnu)

Diambil dari Majalah An Najah Edisi 124 1 Jumadal Ula - Jumadal Ufchro U37 H | Maret 2016

sumber : http://www.jurnalmuslim.com

0 Response to "Perang Harga Minyak Dunia"

Post a Comment